Rabu, 03 Maret 2010

Cinta Bersemi di Atas KM. Kerinci


Cinta Bersemi di Atas KM Kerinci
Sebelum saya memulai mereview kisah nyata ini, saya terlebih dahulu meminta maaf sekaligus meminta izin kepada “Ujung Pandang Ekspress” selaku nara sumber dari cerita ini.
“Salahlah bagi  orang yang mengira, cinta itu dating karena pergaulan yang lama dan rayuan yang terus- menerus. Cinta adalah tunas pesona jiwa dan jika tunas ini tak tercipta dalam sesaat, dia takkan tercipta bertahun-tahun atau bahkan abad.” Begitulah kata Kahlil Gibran memaknai cinta. Pernyataan itu nampaknya sangat sesuai dengan perjalanan Cinta Prof. Dr. Aswanto – Ir. Novita Trisyana.
Cinta pada pandangan pertama yang bersemi dalam waktu yang relatif singkat. Bukan karena pertemanan yang cukup lama terjalin. Bukan pula akibat scenario cinta yang sengaja diciptakan untuk sebuah romantisme. Kisah cinta Prof. Dr. Aswanto dan Ir. Novita Trisyana, justru berawal dari sebuah pertemuan yang tanpa direncanakan. Kisah romantis yang berawal di atas KM. Kerinci.
Kisah penuh kenangan manis itu diceritakan oleh Prof. Dr. Aswanto saat ditemui di ruang kerjanya. Di Kantor Ombudsman kota Makassar, jum’at(12/2 2010). Ia mengatakan, masa pacaran dengan sang istri saat ini berlangsung cukup singkat, hanya sekitar lima bulan dengan intensitas pertemuan yang sangat sedikit. Dari awal pertemuan hingga pernikahan, terhitung hanya tiga kali bertemu.
                Prof. Dr. Aswanto menuturkan saat itu ia yang sedang kuliah S2 di Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta kembali ke Makassar untuk liburan. Sedangkan Novita yang tinggal di Surabaya ke Makassar karena sang ayah bertugas disana.
                Namun, pertemuan keduanya,tidak terjadi di Makassar, tetapi terjadi di atas KM. Kerinci saat Aswanto hendak kembali lagi ke Yogyakarta dan Novita kembali ke Surabaya.
                “Jadi, kenangan manis itu berawal di kapal Kerinci," ujarnya seraya tertawa mengingat kembali  masa-masa indahnya dulu. Saat itu, Aswanto yang mengambil pelayanan kelas 3, satu kamar dengan adik Novita. Sedangkan Novita, sekamar dengan teman Aswanto. “Biasanya, ketika akan makan di kapal, Novita ke kamar untuk memanggil adiknya. Begitupun saya sering ke tempat Novita untuk memanggil teman saya. Sehingga, biasanya kita makan bersama semeja di atas kapal. Dari situlah kami sering berbincang-bincang. Di atas kapal Kerinci, saya dan Novita terhitung tiga kali bertemu di meja makan . Saat itu saya pikir, Lumayan juga ini cewek,” ungkapnya.
                Setelah pertemuan di KM. Kerinci itu, Aswanto kemudian memberanikan diri untuk meminta nomor telpon dan alamat Novita di Surabaya. Saat ia tiba di Yogyakarta, ia pun menulis surat untuk Novita.
                “Kalau menelepon kan mahal. Jadi saya selalu mengirimi dia surat. Setiap minggu saya selalu menunggu balasan dari surat Novita, urainya.
                Dari surat-menyurat itu Aswanto pun merasa cocok dengan Novita. Ia juga selalu merasa rindu dengan pujaan hatinya. Hingga kemudian ia memberanikan diri menyatakan cintanya kepada perempuan yang baru sekali ditemuinya itu. Gayung pun tersambut, Novita menerima cinta Aswanto. Cintanya yang diterima Novita, membuat Aswanto yakin dan menjumpai Novita di Surabaya. Ia tidak sendiri ke Surabaya, tetapi ditemani oleh teman-temannya, termasuk Prof. Anwar, rekan dosennya di Universitas Hasanuddin (Unhas) dan sama-sama mengambil S2 di UGM Yogyakarta.
                “Itu Lending pertama saya, tapi ramai-ramai sama teman-teman,” Ungkapnya.
                Saat itu, setelah tiba di rumahnya, karena baru bertemu lagi, Aswanto malah lupa dengan wajah Novita . Apalagi, pertemuannya baru sekali terjadi. Prof. Anwar ketika itu bertanya, “ Pacarmu yang mana ?”, tapi ia malah bingun karan ia lupa wajah Novita.
                Prof. Aswanto menuturkan, sesudah kunjungannya ke Surabaya, mereka sama-sama ke Makassar pada saat musim liburan. Tiba di Makassar, pria kelahiran Palopo 17 Juli 1964 itu, langsung melamar Novita. Hingga akhirnya mereka memutuskan untuk menikah.
                “Jadi hanya tiga kali bertemu sudah termasuk saat lamaran, kami memutuskan menikah. Jangka waktunya hanya sekitar lima bulan,” imbuhnya.
                Ketua komisioner Ombudsman Kota Makassar itu mengaku, ia telah jatuh cinta sejak pandangan pertama saat bertemu dengan Novita di atas KM. Kerinci. Hingga saat ini jika terjadi rebut-ribut  dalam rumah tangganya, kenangan manis di KM. Kerinci itu akan menjadi obat peredam emosi diantara keduanya. Begitupun dengan surat-surat cinta yang ia kirimkan untuk sang istri.
                “Surat-surat yang saya kirimkan dan yang saya terima dari Novita masih tersimpan rapi hingga sekarang. Kenangan manis di atas KM. Kerinci itu akan selalu tersimpan,” katanya.
                Pasangan Prof. Dr Aswanto dan Novita Trisyana telah dikaruniai dua orang anak, Rathni Riski N dan Muhammad Naufal.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar