Jumat, 24 Agustus 2012

Satelit NASA Masuki Batas Tata Surya


Kini satelit Voyager-1 telah memasuki kawasan yang disebut sebagai ‘stagnation region’.

Lebih dari tiga dekade setelah diluncurkan, satelit ruang angkasa Voyager-1 milik NASA sedikit lagi lepas dari tata surya. Ia kini telah memasuki kawasan baru yang letaknya ada di antara sistem tata surya dan ruang antar bintang.
Voyeger-1 berjarak 11 miliar mil dari Bumi dan adiknya, Voyager-2 berjarak 9,5 miliar mil dari Bumi.
Kawasan yang oleh para ilmuwan disebut sebagai‘stagnation region’ itu berjarak hingga sekitar 113 astronomical units (AU) atau sekitar 16,9 miliar kilometer dari Matahari.
Voyager-1, yang kini berjarak 11 miliar kilometer dari Matahari telah menjelajah pinggir tata surya sejak 2004 dan mulai masuk ke stagnation zone pada awal pekan ini.
Meski begitu, satelit tersebut masih harus bertahan sedikit lagi sebelum ia benar-benar keluar dari tata surya.
Dan jika berhasil, ia akan menjadi benda luar angkasa buatan manusia pertama yang tiba di interstellar space, atau ruang maha luas yang berada di ruang antara bintang.
Menurut NASA, baterai milik satelit ruang angkasa buatannya itu hanya punya kapasitas yang cukup untuk memasok daya hingga 2020.

Jumat, 16 Desember 2011

CIRI-CIRI KEPERAWANAN WANITA

Ciri-ciri Cewek Masih Perawan, Pasangan hidup adalah salah satu hal yang amat menentukan terbinanya kehidupan sakinah wa rahmah didalam keluarga. tentunya selain ketaqwaan, nasab (garis keturunan) dan memiliki sedikit harta (bukan dalam artian matre), kecantikan serta keperawanan seorang gadis sangat dianjurkan dan menentukan dalam memilih pasangan. nah berikut ada sedikit tips mengetahui Ciri-ciri Cewek Masih Perawan atau tidak. semoga dapat bermanfaat, dan ini adalah tips buat kawan-kawan yang benar-benar mau membina rumah tangga, jadi jangan disalah gunakan ya… KRITERIA WANITA PILIHAN ADA 4 1. Agak hitam rambutnya, hitam alisnya, hitam bulu matanya, hitam bola matanya. 2. Agak putih badannya, putih giginya, putih kedua telapak tangannya. 3. Agak kemerah2an bibirnya, kemerah2an pipinya, kemerah2an gusinya. 4. Agak sedang kepalannya, dagunya, sedang payudaranya, semerbak keringatnya, harum bau mulutnya, hidungnya dan badannya. Wallahu a’lam bisshawab. Untuk lebih spesifik ada beberapa hal yang perlu diperhatiakan diantaranya : DAHI Gadis yang masih suci, dahinya licin. Bila selalu senggama licinnya hilang, justru yang timbul kedutan (garis2) yang kadang nampak kadang tidak ketika ngobrol. Kedutan karena sudah tidak suci, tidak sama dengan kedutan wajah yang dimakan usia. Kedutan suci yang telah hilang, tidak begitu ketara dan tidak begitu nampak, kecuali ketika muka menunjukkan reaksi tertentu seperti sedang ketawa dan bicara, sementara kedutan karena dimakan usia senantiasa nampak dan kekal. Jangan dihilangkan dengan sembarang minyak, walaupun di zaman sekarang ada bermacam2 minyak.Tetapi kedutan karena hilangnya kesucian tidak mudah dihilangkan. Untuk memudahkan melihat gadis yang masih suci atau tidak. Cobaperhatikan dahi gadis yang sudah bersuami dengan yang belum. Perhatikan betul2 niscaya nampak kelainannya. Gadis yang sudah tidak suci terdapat beberapa kedutan garis2 timbul dan melekuk didahi gadis itu. Perhatikan betul2 sebab garis2 itu tidak begitu nampak (terang). Wallahu a’lam. HIDUNG Gadis yang masih suci atau tubuhnya belum disentuh oleh lelaki, ujung hidungnya berwarna kemerah-merahan, jika disentuh ujung hidungnya nampak merah. Gadis yang tidak suci ujung hidungnya merah tetapi merah pucat, terkadang warna merah tidak nampak, yang nampak hanyalah pucat, tak percaya coba liat ujung hidung anak perempuan, merahkan..? Bagi lelaki yang suka merusak kesucian wanita, hidungnya berbelang, oleh karena itu disebut lelaki hidung belang. Wallohu a’lam. Bersambung...... .delta-info.blogspot.com">

Kamis, 17 November 2011

Tim Nasional usia 23 tahun Berjaya di Group A

Tim Nasional Usia 23 tahun terus berjaya di group A dan berupaya tetap melibas Malaysia sebagai musuh bebuyutan dan juga sebagai kemenangan sempurna dari 4 kali bermain tanpa kalah.Itulah harapan masyarakan pecinta sepak bola di tanah air dan mudah-mudahan ini menjadi kenyataan sehingga dapat mencapai prestasi yang tertinggi di Asia Tenggara dan juga sebagai penghibur tim nasional senior setelah kalah dari tim-tim timur tengah. Selamat bertanding Tim nasional usia 23 tahun semoga menang melawan Malaysia, Bravo Indonesia !!!

Rabu, 03 Maret 2010

Cinta Bersemi di Atas KM. Kerinci


Cinta Bersemi di Atas KM Kerinci
Sebelum saya memulai mereview kisah nyata ini, saya terlebih dahulu meminta maaf sekaligus meminta izin kepada “Ujung Pandang Ekspress” selaku nara sumber dari cerita ini.
“Salahlah bagi  orang yang mengira, cinta itu dating karena pergaulan yang lama dan rayuan yang terus- menerus. Cinta adalah tunas pesona jiwa dan jika tunas ini tak tercipta dalam sesaat, dia takkan tercipta bertahun-tahun atau bahkan abad.” Begitulah kata Kahlil Gibran memaknai cinta. Pernyataan itu nampaknya sangat sesuai dengan perjalanan Cinta Prof. Dr. Aswanto – Ir. Novita Trisyana.
Cinta pada pandangan pertama yang bersemi dalam waktu yang relatif singkat. Bukan karena pertemanan yang cukup lama terjalin. Bukan pula akibat scenario cinta yang sengaja diciptakan untuk sebuah romantisme. Kisah cinta Prof. Dr. Aswanto dan Ir. Novita Trisyana, justru berawal dari sebuah pertemuan yang tanpa direncanakan. Kisah romantis yang berawal di atas KM. Kerinci.
Kisah penuh kenangan manis itu diceritakan oleh Prof. Dr. Aswanto saat ditemui di ruang kerjanya. Di Kantor Ombudsman kota Makassar, jum’at(12/2 2010). Ia mengatakan, masa pacaran dengan sang istri saat ini berlangsung cukup singkat, hanya sekitar lima bulan dengan intensitas pertemuan yang sangat sedikit. Dari awal pertemuan hingga pernikahan, terhitung hanya tiga kali bertemu.
                Prof. Dr. Aswanto menuturkan saat itu ia yang sedang kuliah S2 di Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta kembali ke Makassar untuk liburan. Sedangkan Novita yang tinggal di Surabaya ke Makassar karena sang ayah bertugas disana.
                Namun, pertemuan keduanya,tidak terjadi di Makassar, tetapi terjadi di atas KM. Kerinci saat Aswanto hendak kembali lagi ke Yogyakarta dan Novita kembali ke Surabaya.
                “Jadi, kenangan manis itu berawal di kapal Kerinci," ujarnya seraya tertawa mengingat kembali  masa-masa indahnya dulu. Saat itu, Aswanto yang mengambil pelayanan kelas 3, satu kamar dengan adik Novita. Sedangkan Novita, sekamar dengan teman Aswanto. “Biasanya, ketika akan makan di kapal, Novita ke kamar untuk memanggil adiknya. Begitupun saya sering ke tempat Novita untuk memanggil teman saya. Sehingga, biasanya kita makan bersama semeja di atas kapal. Dari situlah kami sering berbincang-bincang. Di atas kapal Kerinci, saya dan Novita terhitung tiga kali bertemu di meja makan . Saat itu saya pikir, Lumayan juga ini cewek,” ungkapnya.
                Setelah pertemuan di KM. Kerinci itu, Aswanto kemudian memberanikan diri untuk meminta nomor telpon dan alamat Novita di Surabaya. Saat ia tiba di Yogyakarta, ia pun menulis surat untuk Novita.
                “Kalau menelepon kan mahal. Jadi saya selalu mengirimi dia surat. Setiap minggu saya selalu menunggu balasan dari surat Novita, urainya.
                Dari surat-menyurat itu Aswanto pun merasa cocok dengan Novita. Ia juga selalu merasa rindu dengan pujaan hatinya. Hingga kemudian ia memberanikan diri menyatakan cintanya kepada perempuan yang baru sekali ditemuinya itu. Gayung pun tersambut, Novita menerima cinta Aswanto. Cintanya yang diterima Novita, membuat Aswanto yakin dan menjumpai Novita di Surabaya. Ia tidak sendiri ke Surabaya, tetapi ditemani oleh teman-temannya, termasuk Prof. Anwar, rekan dosennya di Universitas Hasanuddin (Unhas) dan sama-sama mengambil S2 di UGM Yogyakarta.
                “Itu Lending pertama saya, tapi ramai-ramai sama teman-teman,” Ungkapnya.
                Saat itu, setelah tiba di rumahnya, karena baru bertemu lagi, Aswanto malah lupa dengan wajah Novita . Apalagi, pertemuannya baru sekali terjadi. Prof. Anwar ketika itu bertanya, “ Pacarmu yang mana ?”, tapi ia malah bingun karan ia lupa wajah Novita.
                Prof. Aswanto menuturkan, sesudah kunjungannya ke Surabaya, mereka sama-sama ke Makassar pada saat musim liburan. Tiba di Makassar, pria kelahiran Palopo 17 Juli 1964 itu, langsung melamar Novita. Hingga akhirnya mereka memutuskan untuk menikah.
                “Jadi hanya tiga kali bertemu sudah termasuk saat lamaran, kami memutuskan menikah. Jangka waktunya hanya sekitar lima bulan,” imbuhnya.
                Ketua komisioner Ombudsman Kota Makassar itu mengaku, ia telah jatuh cinta sejak pandangan pertama saat bertemu dengan Novita di atas KM. Kerinci. Hingga saat ini jika terjadi rebut-ribut  dalam rumah tangganya, kenangan manis di KM. Kerinci itu akan menjadi obat peredam emosi diantara keduanya. Begitupun dengan surat-surat cinta yang ia kirimkan untuk sang istri.
                “Surat-surat yang saya kirimkan dan yang saya terima dari Novita masih tersimpan rapi hingga sekarang. Kenangan manis di atas KM. Kerinci itu akan selalu tersimpan,” katanya.
                Pasangan Prof. Dr Aswanto dan Novita Trisyana telah dikaruniai dua orang anak, Rathni Riski N dan Muhammad Naufal.




awalnya Coba-Coba, Kini Omzetnya Jutaan per Hari

http://livingsiddik.blogspot.com
Awalnya Coba-Coba, Kini Omzetnya Jutaan per Hari

Setelah sukses membuka usaha penjualan Es Dawet Ayu Banjarnegara di Bandung, Situbondo, dan Mataram, Cahyo Purnomo dan keluarganya mencoba mengembangkan usahanya di kota Makassar. Kini, usaha yang dirintisnya bersama keempat saudaranya tersebut mulai menunjukkan hasil. Omzetnya di kota Makassar sudah mencapai jutaan rupiah perharinya.

Selasa, 29 Desember 2009

Diduga Korban Dibunuh Terkait Masalah Pribadi


Motif pembunuhan wisatawan perempuan asal Jepang, Hiromi Shimada (41), masih misterius. Namun, polisi menduga pembunuhan tersebut terkait masalah pribadi korban.
"Ada arah ke situ (masalah pribadi)," ujar Kapoltabes Denpasar AKBP Gde Alit Widana kepada detikcom via telepon, Senin (28/12/2009).
Masalah pribadi terkait apa -- asmara atau utang piutang -- masih gelap. "Kita masih dalami hal tersebut," kata Widana.
Sebelumnya dikabarkan korban Shimada yang ditemukan tewas di rumah kontrakannya, Jalan Sada Sari, Kuta, dibunuh oleh perampok. Namun, dugaan ini makin menipis setelah diketahui korban tidak memiliki harta atau perhiasan yang berlebihan di rumahnya. "Tidak murni kasus perampokan," kata Widana.
Pembunuhan wisatawan perempuan asal Jepang juga pernah terjadi September lalu di Kuta. Korban bernama Rikasano dihabisi dengan motif perampokan. Selain hartanya ludes, korban diperkosa kemudian dibunuh oleh pelaku yang belakangan diketahui bernama David Goltar Wicaksono (26).

Senin, 25 Mei 2009

Pembelajaran





2004

KATA PENGANTAR

Modul berjudul Numbers ini merupakan pegangan tertulis bagi guru dan siswa dalam pemelajaran bahasa Inggris di level Novice. Modul ini berfungsi sebagai berikut:

1. Bahan pemelajaran pokok di dalam kelas.
2. Bahan pegangan siswa untuk belajar mandiri dengan system belajar jarak jauh.
3. Bahan suplemen atau pelengkap untuk bahan pemelajaran utama di dalam kelas.

Dalam perkembangan, pada modul ini munkin akan di temukan kelemahan atau kekurangan. Oleh karena itu, sangat mungkin akan di terbitkan edisi revisi setelah mendapat masukan-masukan yang di signifikan dari pemakai modul ini seperti guru dan siswa dan juga dari para pemerhati pemelajar bahasa Inggri
Daftar Isi


1.
Halaman Francis
1
2.
Kata Pengantar
2
3.
Daftar Isi
3
4.
Glosarium
4
5.
Bab I Pendahuluan
5

A. Deskripsi
5

B. Prasarat
5

C. Petunjuk Penggunaan Modul
5

D. Tujuan Akhir
5

E. Kompetensi
5

F. Cek Kemampuan
5
6.
Bab II Pemelajaran
6

A. Rencana Belajar Siswa
6

1. Kegiatan Belajar 1
2. Kegiatan Belajar 2
3. Kegiatan Belajar 3
6
7
8
7.
Bab III Evaluasi
9
8.
Bab IV Penutup
9
9.
Daftar Pustaka
10





















GLOSARIUM :
One hundred : seratus
First (1st) : pertama
Second (2nd) : Kedua
Third (3rd) : Ketiga
Four : empat
a/ one million : satu juta
one thousand : seribu
nought : nol
zero : nol
love : nol
ou : nol
arrive : tiba, datang
departure : berangkat
cent : sen
step : langkah
sight : pandangan
performance : penampilan
point : koma
a quarter : seperempat
a half : setengah
Vulgar Fraction: bilangan pecahan
Decimal Fraction: bilangan decimal


























BBAB I
PENDAHULUAN

A. Deskripsi

Modul Dealing Numbers adalah modul yang dipelajari siswa setelah mempelajari modul Introduction. Dalam percakapan sehari-hari numbers merupakan hal yang paling sering kita jumpai oleh karena itu sangat penting bagi siswa untuk menguasainya.
Ruang lingkup modul ini sebagai berikut :
1. Cardinal Numbers .
2. Ordinal Numbers
3. Numbers for Identity
4. Numbers for Meassurement
5. Numbers for Ranks
6. Simple Arithmatic
7. Singular Plural
Setelah menyelesaikan modul ini siswa dapat mengungkapkan ungkapan yang melibatkan Numbers secara tepat.
B. Prasarat
Modul ini adalah modul yang dipelajari siswa sesudah modul Thanking dan merupakan prasarat untuk lanjut ke modul Introduction.
C. Petunjuk Penggunaan Modul
1. Siswa harus mendengarkan penjelasan guru sebelum menggunakan modul ini.
2. Siswa harus memahami uraian materi sebelum mengerjakan soal-soal.
3. Siswa tidak diperkenankan untuk melihat kunci jawaban.
4. Setelah siswa mengerjakan soal-soal, siswa melaporkan kepada gurunya dan mencatat kemajuan yang telah diperoleh.
5. Guru membimbing siswa mengerjakan tugas-tugas yang diberikan pada saat pembelajaran sedang berlangsung.
6. Guru melaksanakan penelitian dan mencatat kegiatan siswa.
D. Tujuan Akhir
Kinerja yang diharapkan dimiliki siswa setelah mempelajari modul ini adalah “ Friendliness” (keramahtamahan) sesuai dengan persyaratan dunia kerja (entry level). Siswa dinilai berhasil dalam mempelajari modul ini, apabila dalam kehidupan sehari-hari mereka dapat menggunakan angka-angka untuk berkomunikasi dalam berbagai hal.



E. Kompetensi
1. Menghitung bilangan biasa (cardinal numbers) dan bilangan bertingkat (ordinal numbers).
2. Menggunakan bilangan biasa dan bilangan bertingkat dalam :
a) Bilangan yang menunjukkan identitas (numbers of identity)
b) Bilangan yang menunjukkan ukuran (numbers of meassurement).
c) Bilangan yang menunjukkan Ranking (numbers of Ranks).
d) Bilangan yang menunjukkan perhitungan matematika sederhana (simple arith matik).
3. Bilangan yang menunjukkan tunggal atau jamak (singular/plural).
F. Cek Kemampuan
1. You are designed to count from 0 – 100 and from 1st to 100th .
2. Teacher asks the students to move his/her motor cycle into the parking area because he/she is in hurry to enter the classroom and he/she will tell the teacher about the police numbers of his/her motor cycle.
3. Teacher asks you about the price of one litre of gasoline.
4. Teacher asks you about your birth-date.
5. You are assigned to process the numbers in simple arithmetic.
6. You are assigned to count the number of people and others at the canteen.



























BAB II
PEMBELAJARAN

A. Rencana Belajar Siswa
Jenis Kegiatan : Menghitung bilangan, simulasi percakapan dalam kelas, bekerja berpasangan untuk memahami dialog dan membuat teks percakapan berdasarkan situasi yang diberikan.
B. Kegiatan Belajar
1. Kegiatan Belajar 1
a. Tujuan Kegiatan Pembelajaran 1
Memperkenalkan kepada siswa tentang Cardinal Numbers dan sekaligus dapat menghitungnya.
b. Uraian Materi 1
Menghitung bilangan biasa (Cardinal Numbers) 0 – 100
1 = one 16 = sixteen 76 = seventy six
2 = two 17 = seventeen 80 = eighty
3 = three 18 = eighteen 87 = eighty seven
4 = four 19 = nineteen 90 = ninety
5 = five 20 = twenty 99 = ninety nine
6 = six 21 = twenty one 100 = a/one hundred
7 = seven 30 = thirty 105 = a/one hundred and five
8 = eight 32 = thirty two 1000 = a/one thousand
9 = nine 40 = forty 10.000 = ten thousand
10 = ten 43 = forty three 100.000 = a/one hundred thousand
11 = eleven 50 = fifty 1.000.000= a/one million
12 = twelve 54 = fifty four 1.000.000.000= a/one billion
13 = thirteen 60 = sixty 1.875 = one thousand eight hundred and
14 = fourteen 65 = sixty five seventy five.
15 = fifteen 70 = seventy 10.569 = ten thousand five hundred and
Sixty nine.
C. Rangkuman
Pengetahuan dan kemampuan essensial pada kegiatan belajar ini adalah:
1. Menghitung angka biasa.
2. Memahami spelling dan pronounciation.
D. Tugas 1
Count Cardinal Numbers from 0 – 100 individually.
E. Tes Formatif
As long as teaching process


2. Kegiatan Belajar 2
a. Tujuan Kegiatan Pembelajaran 2
Untuk memperkenalkan kepada siswa tentang Ordinal Numbers dan sekaligus dapat
menghitungnya.

b. Uraian Materi 2
Menghitung bilangan bertingkat (Ordinal Numbers) dari ke- 1 s/d. ke- 100

1st = first 11th = eleventh 21st = twenty first
2nd = second 12th = twelfth 22nd = twenty second
3rd = third 13th = thirteenth 23rd = twenty third
4th = fourth 14th = fourteenth 24th = twenty fourth
5th = fifth 15th = fifteenth 25th = twenty fifth
6th = sixh 16th = sixteenth 26th = twenty sixth
7th = seventh 17th = seventeenth 27th = twenty seventh
8th = eightn 18th = eighteenth 28th = twenty eighth
9th = ninth 19th = nineteenth 29th = twenty ninth
10th = tenth 20th = twentieth 30th = thirtieth



To be continued next time ????????






A. Complete the following dialog with suitable expression
1. You are sitting with your friend in front of the library. There is a new student coming and introducing herself to you.
A new Student: Hello ! May ………………….
My name is …………………..
You : ……………………………………..
Your friend : ……………………………………..
2. You must introduce your manager (Mr. Sutarjo) to Mr. Hakim, a very important gest
You : Good morning, Mr. ……… let me………… you to my manager,
Mr. Sutarjo.
Mr. ……………….. this is Mr. ……………………
Mr. Wijana : How do you do,…………. Mr. ……………………
Mr. Sutarjo : ……………….., nice to meet you too

B. Kunci Jawaban Formatif 2
Dialog 1
A new Student : Hello ! May I introduce myself
My name is Agus
You : Hello ! I’m Tia
Your friend : Glad to meet you
Dialog 2
You : Good morning, Mr. Wijana let me introduce you to my manager, Mr.
Sutarjo.
Mr. Wijana : How do you do, nice to meet you Mr. sutarjo.
Mr. Sutarjo : Wijana Nice to meet you too.
3. Kegiatan 3
a. Tujuan Kegiatan Pembelajaran 3
Untuk membuat siswa mengetahui dan mengerti cara memperkenalkan diri sendiri dan orang lain dalam situasi formal dan informal.
b. Uraian Materi
Siswa membuat sendiri dialognya
c. Rangkuman
Pengetahuan essensial pada Kegiatan Belajar 3 :
- Perbedaan penggunaan ungkapan perkenalan diri sendiri dan memperkenalkan orang lain dalam situasi formal dan informal.


d. Tugas 3
1). Work in Pairs
You make dialog in expressing introduce oneself and others formally and
informally.
2). Work in Pairs
Practise the dialog
a. Test Formatif 3
Based on your writing and your performance



BAB III
EVALUASI

As long as the teaching process.




BAB IV
PENUTUP

Setelah menyelesaikan semua tugas dan evaluasi dalam modul ini dengan benar, anda diperkenankan untuk melanjutkan ke modul berikutnya. Tetapi jika anda belum berhasil mengerjakan tugas dan evaluasinya dengan sempurna, anda harus mengulang kembali dan silahkan berkonsultasi kepada guru pembimbing dan atau teman sebagai tutor atau mentor.














DAFTAR PUSTAKA

1. Depdiknas, 2001, Global Access To the Work of Wook, Book I
2. Krisnani Yiyis, Dra. Etal. LP2IP. 1999, English Vocational Book Ia.
3. John M Echols and Hassan Shadily,1986 (cetakan XIV), Kamus Inggris –Indonesia,
PT. Gramedia-Jakarta.
4. AS Hornby cs, 1987, Oxford Advanced Learner’s Dictionary of Current English,
Oxford University Press.

Jumat, 08 Mei 2009

KPK


ADA APA DENGAN PEMBUNUHAN NASRUDDIN ZULKARNAIN

Betapa hangatnya pemberitaan media massa Indonesia tentang pembunuhan Nasruddin Zulkarnain manager PT. Putra Rajawali yang sempat melibatkan ketua Komisi Pemberantasan Korupsi di Indonesia,Antasari Azhar, bahkan konon kabarnya ada juga seorang wanita cantik yang berprofessi sebagai Caddy Golf ikut terlibat seperti banyak yang diberitakan oleh media massa di tanah air, dan kini masih simpang siur keberadaannya dan apakah dia juga memegang peranan kunci dibalik pembunuhan yang sadis ini ? Jawabnya nanti kita menunggu hasil dari pihak yang berwajib.
Menurut penulis bahwa Kasus yang sempat mencoreng nama bangsa Indonesia di Media Massa International ini adalah kemungkinan adanya pihak-pihak yang ingin membubarkan institusi yang begitu ditakuti oleh pembobol Harta Bangsa Indonesia atau biasa disebut Korupsi yaitu: KPK (komisi Pemberantasan Korupsi)dan kasus ini bukan terjadi dikarenakan oleh cinta Segi Tiga sehingga melibatkan Antasari dan begitu bodohkah dia sehingga hal ini bisa terjadi. Dan lagi-lagi Jawabannya Kita tunggu saja dari pihak berwajib.

Penulis,

Drs. Muh. Siddik
(Guru SMA Neg.1 Pmboang)

Senin, 04 Mei 2009

Pembelajaran

I B R A H I M


BERPIKIR TENTANG
PEMBELAJARAN YANG MENYENANGKAN




























Satu kata yang terpenting adalah, Change
Dua kata teindah dihati manusia, Terima Kasih
Tiga kata yang menghimpit di hati, Negeriku Sulit Berubah
Empat kata yang membunuh, Negeriku Tidak bisa berubah
Lima kata yang memanggil, Negeriku Butuh Aku untuk Berubah
Banyak kata yang perlu diwaspadai.... mereka yang berubah-ubah terus dan yang tak mau berubah sama sekali












PENGANTAR PENULIS

Dengan segala kerendahan hati, penulis haturkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT karena berkat petunjuk dan hidayah-Nya jualah, sehingga penulis dapat menyelesaikan buku yang sederhana ini.
Buku ini berjudul “Berpikir tentang Pembelajaran yang Menyenangkan.” Penulis terinspirasi terhadap penulisan buku ini, karena dilatarbelakangi oleh tugas keseharian penulis berprofesi sebagai guru, yang telah banyak memperoleh berbagai macam masalah dalam merencanakan pembelajaran. Antara lain yang berhubungan dengan metode pembelajaran yang tidak tepat sasaran, media yang terbatas, serta adanya prilaku peserta didik yang tidak respon terhadap pembelajaran sehingga berindikasi terhadap rendahnya minat belajar peserta didik, timbulnya budaya bolos belajar dan rendahnya prestasi belajar peserta didik. Dengan permasalahan ini diperlukan upaya guru dalam merancang pembelajaran yang lebih refresentatif agar tepat sasaran dalam pembelajaran.
Buku yang sederhana ini sedikitnya akan memberi pengetahuan tentang bagaimana mengelolah pembelajaran sebagai tugas pokok guru, serta mengelolah prilaku peserta didik yang mengalami perubahan-perubahan dalam belajar baik dirumah maupun di sekolah. Selain guru, buku ini pula sangat cocol dibaca oleh orang tua siswa serta pemerhati penddikan dalam menambah wawasan tengtang pengelolaan belajar anak.
Harapan penulis mudah-mudahan buku ini dapat memberi manfaat serta dapat mendorong peningkatan profesinalisme guru.
Dalam proses penyusunan buku ini, penulis telah banyak mendapat bantuan, petunjuk, dan bimbingan dari berbagai pihak, sehingga dalam kesempatan ini dan dengan kerendahan hati, penulis menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Drs. Yahyaddin, M.Pd. yang telah banyak memberi petunjuk dan peluang dalam penyelesaian penyusunan buku ini
2. Rekan-rekan sprofesi guru SMAN I Pamboang Kabupaten Majene, yang telah banyak memberi masukan dalam penyempurnaan buku ini.
3. Kepada keluarga tercinta, Ir.Hj. Rahmi Tompo. M.Pd. dan Putri tercinta Aqiilah Rifqah Putri, sebagai sumber motivator, telah banyak memberi pengertian dan doanya dalam penyelesaian buku ini.
Diakhir kata penulis menyadari bahwa dalam buku ini masih terdapat banyak kekeliruan dan kekurangan. Karena itu, penulis sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang sifatnya membangun dari para pembaca. Selain itu penulis juga mengharapkan semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya kepada kita semua, Amin.




DAFTAR ISI


Pengantar Penulis. 3
......................... 1
1. Belajar Menyenangkan dan Membebaskan
dengan Model Konstruktiv. 6 ................ 2
2. Upaya mengatasi Kelambanan Siswa
dalam Menerima Materi Pelajaran. 12 ............. 3
3. Membangkitkan Minat Belajar Siswa
di Sekolah. 19 ......................... 4
4. Penggunaan disiplin dalam Belajar
di Sekolah Dasar. 27 ......................... 5
5. Pentingnya Pengawasan Orang tua dalam
Belajar anak di Rumah. 35 ........................ 6
6. Budaya Peduli Lingkungan pada
Satuan Pendidikan Muatan Lokal. 40 ..................... 7
7. Profesi Guru yang Kesepian .46 ...................... 8
8. Materi Tsunami Terintegrasi pada
Bidang Studi Geografi. 53
9. Manajemen Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan. 57
10. Tentang Penulis. 77 . . 10
11. Daftar Pustaka. 80 11







BELAJAR DENGAN MODEL KONSTRUKTIV


Hampir semua manusia di negara tercinta kita ini, yang pernah mengenyam pendidikan formal baik SD,SMP, dan SMA dipastikan punya pengalaman menyenangkan dan tidak menyenangkan terhadap seorang guru di sekolah. Selain itu banyak cerita lucu tentang guru yang mengajar kita selama sekolah.
Pengalaman kita disekolah yang sering terjadi adalah membolos dengan meninggalkan mata pelajaran tertentu yang dianggap tidak menarik, munculnya pemikiran jalan pintas yakni tidak mau belajar tetapi ingin nilai yang baik sehingga memberi ekses terhadap percontekan mencari bocoran soal dan lain-lain. Keadaan yang demikian ini memberi indikasi bahwa belajar pada waktu tertentu sangat ditentukan oleh minat dan motivasi mengikuti pelajaran dalam kelas. Olehnya itu diperlukan kompetensi guru untuk menciptakan pembelajaran yang menyenangkan dan membebaskan dalam mengelolah pembelajaran dengan pemilihan pendekatan dan metode pembelajaran.
Menyikapi hal seperti ini sesungguhnya para ahli pendidikan berpendapat bahwa sebenarnya tidak ada satupun metode mengajar yang paling jitu dalam melaksanakan pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran. Hanya saja guru sebagai fasilitator pembelajaran diharapkan mencari model pembelajaran yang lebih banyak memberi peran kepada siswa dalam mengelolah belajarnya.
A. Konstruktiv sebagai Alternatif
Konstruktivisme merupakan landasan berpikir pendekatan CTL (Contextual Teaching Learning), yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit dan hasil lebih diperluas melalui konteks yang terbatas.
Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Manusia harus mengkontruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengamatan nyata. Dengan dasar ini pembelajaran harus dikemas menjadi proses mengkonstruksi bukan menerima pengetahuan. Dalam proses pembelajaran, siswa membangun sendiri pengetahuan mereka melalui keterlibatan aktif dalam proses belajar dan mengajar, siswa menjadi pusat kegiatan dan bukan guru, Hamzah (2003).
Dalam pembelajaran konstruktiv seorang guru bukanlah melaksanakan kegiatan memindahkan pengetahuan dari guru ke murid, melainkan suatu kegiatan untuk membangun pengetahuan siswa. Mengajar berarti partisipasi dengan pelajar dalam membentuk pengetahuan membuat makna dan mencari kejelasan, bersikap kritis dan mengadakan justifikasi.
Berdasarkan hal ini model pembelajaran konstruktif sangat cocok untuk dijadikan salah satu alternatif pembelajaran yang memberi peluang kepada siswa untuk leluasa dan membebaskan mengelolah pembelajarannya.

B. Guru sebagai Pembelajar Konstruktiv
a. Guru Sebagai Mediator dan Fasilitator
Seorang pengajar atau guru berperan sebagai mediator dan fasilitator yang membantu agar proses belajar siswa berjalan dengan baik. Fungsi mediator dan fasilitator dapat dijabarkan dalam beberapa tugas sebagai berikut:
1. Guru menyediakan pengalaman belajar yang memungkinkan murid bertanggungjawab dalam membuat rancangan, proses, dan penelitian.
2. Guru menyediakan atau memberikan kegiatan-kegiatan yang merangsang keinginantahuan murid dan membantu mereka untuk mengekspresikan gagasan-gagasannya dan mengkomunikasikan ide mereka. Menyediakan kesempatan dan pengalaman yang paling mendukung proses belajar siswa. Guru perlu menyediakan pengalaman konflik.
3. Guru memonitor, mengevaluasi dan menunjukkan apakan pemikiran siswa jalan atau tidak. Guru menunjukkan dan mempertanyakan apakah pengetahuan siswa itu berlaku untuk menghadapi persoalan baru yang berkaitan. Guru membantu mengevaluasi hipotesis dan kesimpulan murid.
Agar peran dan tugas tersebut berjalan dengan optimal, diperlukan beberapa kegiatan yang perlu dikerjakan oleh seorang guru:
1. Guru perlu banyak beriteraksi dengan siswa untuk lebih mengerti apa yang sudah mereka ketahui dan pikirkan.
2. Tujuan dan apa yang akan dibuat di kelas sebaiknya dibicarakan bersama sehingga siswa sungguh terlibat.
3. Guru perlu mengerti pengalaman belajar mana yang lebih sesuai dengan kebutuhan siswa
4. Diperlukan keterlibatan dengan siswa yang sedang berjuang dan kepercayaan terhadap siswa bahwa mereka dapat belajar.
5. Guru perlu mempunyai pemikiran yang Fleksibel untuk dapat mengerti dan menghargai pemikiran siswa.
b. Startegi Belajar Konstruktiv
Strategi yang disusun dalam pembelajaran konstruktiv bersifat menjadi tawaran dan saran bukan suatu menu yang jadi. Olehnya itu dapat digambarkan beberapa ciri mengajar konstruktif sebagai berikut:
1. Orientasi: Murid diberi kesempatan untuk mengembangkan motivasi dalam mempelajari suatu topik. Murid diberi kesempatan untuk mengadakan observasi terhadap topik yang hendak dipelajari.
2. Elisitasi: Murid dibantu untuk mengungkapkan idenya secara jelas dengan berdiskusi, menulis dan lain-lain.
3. Restrukrisasi ide. Dalam hal ini ada tiga hal:
(a). Klarifikasi ide yang dikontraskan dengan ide-ide orang lain atau teman lewat diskusi atau lewat pengumpulan ide. Seseorang dapat terangsan untuk merekonstruksi gagasannya kalau tidak cocok atau sebaliknya menjadi lebih yakin bila gagasan cocok.(b). Membangun ide yang baru. Ini terjadi bila dalam diskusi itu idenya bertentangan dengan ide lain atau idenya tidak dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan teman-teman. (c). Mengevaluasi ide barunya dengan eksprimen.
4. Penggunaan ide dalam banyak situasi. Ide atau pengetauan yang telah dibentuk oleh siswa perlu diaplikasikan pada bermacam-macam situasi yang dihadapi. Hal ini akan membuat pengetahuan siswa lebih lengkap dan bahkan lebih rinci dengan segala macam pengecualianya.
5. Review, bagaimana ide itu berubah. Dapat terjadi bahwa dalam aplikasi pengetahuannya pada situasi yang dihadapi sehari-hari, seseorang perlu merevisi gagasannya entah dengan menambahkan suatu keterangan ataupun mungkin dengan mengubahnya menjadi lebih lengkap.(Paul Suparno, 1997)
Dengan adanya penerapan model konstruktif di sekolah, maka diharapkan sikap pasif siswa misalnya tidak senang terhadap mata pelajaran tertentu, membolos, dan mencari jalan pintas selama kegiatan pembelajaran berlangsung dapat diminimalkan. Namun perlu dipahami bahwa dalam penerapan pembelajaran konstruktiv banyak masalah yang menjadi kendala dalam pelaksanaanya antara lain sarana penunjang, literatur dan ruang kelas yang memadai.
Olehnya itu guru diharapkan meningkatkan profesionalismenya dengan peningkatan kompetensi dibidang pengajaran dan penyediaan media pembelajaran.

UPAYA MENGATASI KELAMBANAN SISWA DALAM MENERIMA MATERI PELAJARAN DI SEKOLAH

Jika anda berprofesi sebagai guru entah guru swasta maupun negeri akan mempunyai pengalaman dalam proses pembelajaran mengenai siswa yang lamban menerima pembelajaran. Dalam pembelajaran ini jika guru tidak sabar mengelolah pembelajarannya maka cenderung terjadi guru cepat emosi, sering-sering memberi hukuman, serta memberi nilai dibawah standar pada siswa tersebut.
Adalah kesalahan besar yang dilakukan oleh guru kalau cepat emosi, memberi hukuman serta memberi nilai rendah, seharusnya mencari solusi mengapa siswa tersebut cenderung lamban. Sesungguhnya dalam belajar seorang siswa dipengaruhi oleh beberapa faktor yang dapat mempengaruhi belajarnya. Faktor tersebut bersumber dalam diri anak itu serta pengaruh-pengaruh dari luar. Kedua faktor inilah yang akan mempengaruhi situasi belajar pada anak, sehingga penerimaan siswa dalam belajar kadangkala terhambat yang berindikasi terhadap kelambanan dalam menerima materi pelajaran.
Gejala kelambanan dalam belajar ini dapat diamati oleh guru dengan cara memperhatikan prestasi belajarnya yang cenderung rendah serta hilangnya kemampuan untuk menyebut atau memproduksi kembali apa-apa yang sebelumnya telah dipelajari oleh siswa. Olehnya itu diperlukan kesabaran apa bila diperhadapkan pada siswa yang belum memperlihatkan kemajuan dalam pembelajaran, sebab secara umum siswa dalam satu kelas terbagi atas tiga kelompok, yaitu kelompok pandai atau cepat belajar, kelompok sedang dan kelompok lambat belajar, dan dari ketiga kategori ini maka yang terbanyak adalah golongan sedang.( Ibrahim ,1991),
Siswa yang diajar di kelas pada dasarnya sedang dalam proses perkembangann dan akan terus berkembang. Sehubungan dengan perkembangan ini maka kemampuan siswa pada setiap jenjang usia dan pada tingkat kelas juga akan berbeda-beda. Siswa pada usia atau kelas yang lebih tinggi memiliki kemampauan yang lebih tinggi dari yang di bawahnya.
Dari kenyataan ini maka guru dalam memilih bahan dan metode pembelajaran harus disesuaikan dengan kemampuan siswa tersebut antara lain: seorang guru dalam menyusun program pembelajaran harus sesuai dengan kemampuan siswa. Dalam hal ini menyusun bahan hendaknya menggunakan krateria sedang, dengan menggunakan metode atau bentuk kegiatan mengajar yang bervariasi pula.
Kelambanan Siswa
Setiap siswa mempunyai keragaman dalam hal kecakapan maupun kepribadian. Kecakapan yang dimiliki masing-masing siswa itu meliputi kecakapan potensial yang memungkinkan untuk dikembangkan, seperti bakat dan kecerdasan maupun kecakapan yang diperoleh dari hasil belajar. Hal ini menunjukkan bahwa siswa dalam belajar tidak sama dalam penerimaan materi pelajaran, karena dipengaruhi oleh beberapa faktor-faktor antara lain : (a). Faktor Internal adalah faktor yang bersumber dari dalam diri anak itu sendiri yang disebabkan implikasi perkembangannya, yaitu kebutuhan tak terpuaskan, kurang pengawasan, dan kurang kuat ingatannya. (b). Faktor Eksternal adalah faktor yang bersumber pada pengaruh-pengaruh luar seperti pelajaran yang sulit, cara guru mengajar kurang efektif, kurang menarik minat, sikap yang tidak akur dan alat belajar yang kurang lengkap. (Oemar Hamalik 1992),
Menyikapi hal ini, maka seorang guru harus memahami perkembangan siswa dengan segala asfeknya seperti (a). Guru harus memberikan layanan bantuan dan bimbingan yang tepat kepada para siswa yang relevan dengan tingkat perkembangan. (b).Guru mengantisipasi kemungkinan-kemungkinan timbulnya kesulitan belajar siswa tertentu.(c).Guru mempertimbangkan waktu yang tepat untuk memulai aktivitas proses belajar-mengajar bidang studi. (d).Guru menemukan dan menetapkan tujuan-tujuan pengajaran. Jika hal ini dapat dilakukan oleh guru maka sasaran belajar siswa yang menyangkut apa yang harus dikerjakan untuk dirinya dalam belajar dapat tercapai. (Muhibbin 1995). Olehnya itu dalam proses pembelajaran guru harus memegan prinsip-prinsip yang telah disepakati oleh para ahli pendidikan antara lain : (a). Hal apapun yang dipelajari, oleh siswa maka ia harus mempelajarinya sendiri. (b). Setiap siswa belajar menurut temponya sendiri sesuai dengan kelompok umur. (c). Seorang siswa belajar lebih banyak bilamana setiap langkah segera diberikan penguatan. (d). Penguasaan secara penuh dari setiap langkah memungkinkan secara keseluruhan lebih berarti, dan (e). Apabila siswa diberikan tanggungjawab untuk mempelajari sendiri maka ia lebih termotivasi untuk belajar, dan ia akan lebih mengingat secara lebih baik. Alvin dalam ( Davies 1987),
Pendapat ini dapatlah disimpulkan bahwa belajar adalah berusaha untuk mendapatkan pengetahuan sebanyak-banyaknya dengan berupaya sendiri untuk mendapatkannya. Namun perlu disadari bahwa dalam proses pembelajaran di kelas keadaan masing-masing siswa berbeda dalam belajar malah ada yang cenderung lamban.

Mengatasi Kelambanan siswa
Pada dasarnya guru yang profesional dalam mengelolah pembelajaran adalah guru yang dapat memberi motivasi pada siswa agar belajar semaksimal mungkin walaupun siswa tersebut suka atau tidak suka pada mata pelajaran tersebut. Sebab tujuan mengajar adalah untuk mengadakan perubahan yang dikehendaki dalam tingkahlaku seseorang dalam belajar. Dengan kata lain pengajaran dapat membuat seseorang pelajar mengalami perubahan dalam belajar. Perubahan ini biasanya dilakukan seorang guru dengan menggunakan suatu strategi mengajar untuk mencapai tujuan pembelajaran seperti strategi mengajar, yang meliputi strategi ceramah, strategi tutorial, strategi pelajaran, strategi dari studi kasus dan teknik atau metode mengajar. Oleh itu untuk guru berupaya mengambil tindakan-tindakan penanganan terhadap kelambanan siswa menerima materi pelajaran dengan beberapa metode yang cocok untuk mengatasi kelambanan siswa dalam menerima materi pelajaran antara lain:
Metode Tanya Jawab
Metode Tanya jawab adalah suatu cara mengajar dimana guru dan murid aktif bersama, guru bertanya murid mencari jawaban, murid mengemukakan ide baru, dan dengan ini guru bertujuan menanyakan.
a.Apakan anak mengetahui fakta-fakta tertentu yang telah di ajarkan.
b.Mengamati proses berpikir anak yang bertingkat-tingkat.
c.Mencari jawaban yang tepat dan faktual, dan
d.Membawa anak pada pengetahuan yang baru.
Namun perlu disadari oleh seorang guru bahwa dalam menggunakan metode tanya jawab ada beberapa situasi yang memungkinkan penggunaan metode Tanya jawab antara lain:
a. Untuk melanjutkan pelajaran baru.
b. Menilai kemajuan siswa.
c. Menyelingi pembicaraan.
d. Menangkap perhatian siswa.
e. Mencari jawaban dari siswa, dan
f. Memimpin pengamatan dan pemikiran siswa.

Metode Diskusi
Dalam situasi belajar kadang-kadang siswa dan guru menghadapi soal yang tidak dapat dipecahkan dengan satu jawaban saja. Untuk mencari jawaban yang tepat untuk itu diperlukan diskusi. Semua jawaban akan ditampung dan dipertahankan, mana yang paling banyak medekati kebenaran sehingga dengan musyawara yang demokratis dapat diambil kesimpulan. Oleh karena itu dalam pelaksanaan diskusi ada beberapa sifat-sifat pertanyaan dalam diskusi yang perlu diperhatikan antara lain:
a. Harus menarik minat siswa.
b.Setingkat dengan perkembangan umurnya.
c. Mempunyai lebih dari satu jawaban, dan
d.Tidak menanyakan dengan jawaban ya atau tidak.

Metode Pemberian Tugas Belajar
Metode ini biasanya diberikan guru sebagai pekerjaan rumah. Tetapi sebenarnya ada perbedaan antara pemberian tugas dan pekerjaan rumah. Ialah untuk pekerjaan rumah guru menyuruh membaca dari buku dirumah, 2 hari lagi memberi pertanyaan-pertanyaan di kelas. Adapun kebaikan dari metode pemberian tugas adalah:



a.Mengaktifkan siswa untuk mempelajari sendiri suatu masalah dengan jalan membaca sendiri, mengerjaan soal-soal sendiri, mencoba sendiri.
b.Membiasakan anak-anak berpikir.
c.Melatih anak-anak berhadapan dengan persoalan, tidak hanya hapalan.
d.Waktu siswa masuk anak-anak disuruh diskusi, dan
e.Mengembangkan inisiatif serta tanggungjawab dari siswa terhadap penggunaan dan pengentrapan informasi dalam menghadapi masalah yang aktual.
Upaya guru mengatasi kelambanan peserta didik dalam menerima materi pelajaran dapat dilakukan beberapa metode atau teknik antara lain, Metode Tanya jawab, metode diskusi metode pemberian tugas. Sebab metode ini akan mengembalikan kemampuan untuk menyebut atau memproduksi kembali apa-apa yang sebelumnya telah dipelajari, olehnya itu selamat kepada teman-teman profesi guru yang menggunakan metode ini dalam upaya mengatasi kelambanan siswa dalam belajar di sekolah.








MEMBANGKITKAN MINAT BELAJAR

Belajar adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada diri setiap orang sepanjang hidupnya. Proses belajar itu terjadi karena adanya interaksi antara seseorang dengan lingkungannya. Oleh karena itu belajar dapat terjadi kapan saja dan dimana saja. Salah satu pertanda bahwa seseorang itu telah belajar adalah dengan adanya perubahan tingkahlaku pada diri orang itu yang mungkin disebabkan oleh terjadinya perubahan pada tingkat pengetahuan, keterampilan, atau sikapnya.
Proses pembelajaran pada intinya tertumpu pada suatu persoalan yaitu bagaimana guru memberi kemungkinan bagi siswa agar terjadi proses belajar yang efektif atau dapat mencapai hasil sesuai dengan tujuan. Olehnya itu seorang guru harus, mempunyai pegangan asasi tentang mengajar dan dasar-dasar teori mengajar, dapat mengembangkan sistem pengajaran, mampu melakukan proses belajar mengajar yang efektif, dan mampu melakukan penilaian hasil belajar sebagai dasar umpan balik bagi seluruh proses yang ditempu.
Empat poin ini tentu belum cukup dalam suatu proses belajar mengajar, sebab guru bukan hanya mengelolah pengajaran tetapi seorang guru juga harus mampu mengelolah kelas agar sasaran dan tujuan proses belajar mengajar dapat tercapai. Salah satu yang perlu diperhatikan oleh guru adalah minat belajar siswa sebab minat merupakan kesiapan untuk bertindak, yang diharapkan akan mempengaruhi aktivitas dan perilaku siswa dalam merespon kegiatan atau aktivitas pembelajaran. Apa jadinya kalau siswa tidak berminat dalam belajar apalagi jam-jam terakhir pembelajaran tentu diperlukan rangsangan dan motivasi agar minat siswa dalam belajar meningkat.
Banyak cerita-cerita lucu yang penulis dapatkan dari siswa, tentang proses belajarnya di sekolah, antara lain cerita siswa tentang guru sepanjang pembelajaran hampir seratus kali menyebut “ ya”, dan gaya mengajar guru yang hanya mencatat dan mendikte bahan pelajaran. Dua cerita siswa ini cukuplah mewakili kesimpulan penulis bahwa pada dasarnya siswa kurang berminat dalam belajar yang dilakukan oleh seorang guru dengan model seperti cerita ini.
Minat Belajar
Minat adalah suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau aktivitas tanpa ada yang menyuruh. Jadi minat dapat diartikan penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu dari luar diri . Semakin kuat atau semakin dekat hubungan tersebut semakin besar minat. Slameto (1995)
Minat besar pengaruhnya terhadap proses belajar. Bila bahan pelajaran yang disajikan oleh guru tidak sesuai dengan minat siswa , maka siswa tersebut tidak mempunyai daya tarik. Sehubungan dengan hal tersebut, maka dalam rangka memaksimalkan suatu aktivitas, faktor minat yang tumbuh dalam diri seseorang haruslah dimaksimalkan karena tanpa adanya minat untuk melakukan suatu aktivitas belajar, maka sulit bagi seseorang untuk melakukan suatu aktivitas dengan berdaya guna dan berhasil guna.
Jika terdapat siswa yang kurang berminat untuk belajar, maka di usahakan agar siswa tersebut dapat mempunyai minat yang lebih besar dengan cara menggunakan metode yang efektif serta menjelaskan hal-hal yang menarik dan berguna bagi kehidupan dan hal-hal yang berhubungan dengan cita-cita yang ada kaitannya dengan bahan pelajaran yang dipelajar tersebut.
Minat dapat dibagi dalam beberapa bagian yaitu’’ Minat timbul dengan sendirinya disebabkan karena adanya kemauan dan minat yang tidak disengaja ‘’ berikut akan diuraikan satu persatu.
a. Minat timbul dengan sendirinya disebabkan karena adanya kemauan
Kemauan yang kuat merupakan senjata ampuh dalam mengahadapi semua rintangan. Misalnya seorang anak yang ingin mendapat prestasi belajar yang lebih baik, mereka akan terus berusaha sampai tujuan tersebut dapat tercapai
b. Minat yang tidak disengaja
Minat yang tidak disengaja adalah minat yang timbul karena adanya perangsang dari luar. Rangsangan tersebut akan berorientasi terhadap lingkungan sekitar seperti pengaruh lingkungan itu sendiri, atau dari dorongan orang lain teman dan sebagainya
Minat dapat digolongkan atas dua bagian yaitu minat primitif dan minat kulturil hal ini dapat diuraikan sebagai berikut:


a. Minat primitif
Minat primitif sering diartikan sebagai minat biologis yaitu minat yang didasarkan kepada kebutuhan-kebutuhan jaringan sehingga tidak lepas kepada soal makan, minum dan sebagainya. Minat biologis merupakan minat awal yang terdapat dalam diri seseorang untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan organisme tubuh. Makin lama minat primitif ini akan semakin meningkat dan terasa dalam kebutuhan yang lebih luas misalnya : berminat belajar serta minat untuk memenuhi segala kebutuhan yang lain
b. Minat kulturil
Minat kulturil adalah suatu minat yang berada pada tingkat yang merupakan hasil dari pendidikan melalui perbuatan belajar. Apabila minta primitif berorientasi pada kebutuhan biologis, maka minat kulturil dapat dikatakan lebih berorientasi pada kebutuhan yang bersifat psikologis. (Thaha dkk 1999)
Oleh karena itu seorang guru harus memperhatikan beberapa komponen yang berhubungan dengan interaksi belajar. Dimana dalam setiap proses pendidikan akan terjadi interaksi aktif dari lima komponen yang berinteraksi secara aktif dengan pendidikan yaitu :
a.Komposisi tujuan pendidikan, sebagai landasan idiil kemana arah pendidikan dan dicapai melalui proses pendidikan tersebut.
b.Komponen terdidik, sebagai masukan manusiawi yang diperlukan sebagai subyek yang aktif dan dikenai proses pendidikan tersebut.
c.Komponen alat pendidikan, sebagai unsur sarana atau obyek yang dikenakan kepada terdidik dalam proses pendidikan.
d.Komponen pendidik, sebagai unsur manusiawi yang membantu mengenakan alat pendidikan kepada terdidik dan mengarahkan poses pendidikan menuju sasaran yang diharapkan sebagaimana termaktub dalam tujuan pendidikan,
e.Komponen lingkungan pendidikan, sebagai unsur suasana yang membantu dan memberikan udara segar dalam proses pendidikan. Langeveld (Hadi Supeno 1995).
Kelima unsur ini, memberikan gambaran bahwa perlunya guru memperhatikan kondisi siswa dalam belajar, seperti yang dijelaskan pada komponen ke dua bahwa siswa adalah merupakan, masukan manusiawi yang diperlukan sebagai subyek yang aktif dan dikenai proses pendidikan. Sehingga diharapakan seorang guru menata, dan membangkitkan minat belajaranya.
Membangkitkan Minat Belajar
Beberapa ahli pendidikan berpendapat bahwa cara yang paling efektif untuk membangkitkan minat pada suatu objek yang baru adalah dengan menggunakan minat-minat siswa yang telah ada. Disamping memanfaatkan minat yang telah ada, para guru juga berusaha membentuk minat-minat baru pada diri siswa. Ini dapat dicapai dengan jalan memberikan informasi pada siswa mengenai hubungan antara satu bahan pengajaran yang akan diberikan dengan bahan pengajaran yang akan diberikan dengan bahan pengajaran yang lalu serta menguraikan kegunaannya bagi siswa dimasa yang akan datang.
Olehnya itu, maka penting artinya bagi guru menciptakana kondisi yang sebaik-baiknya serta memiliki wawasan luas tentang karakteristik metode mengajar yang tepat sehingga pada gilirannya akan meningkatkan minat belajar siswa. Guru setidak-tidaknya menjalankan tiga macam tugas utama dalam pembelajaran yaitu:
1. Merencanakan Pembelajaran
Perencanaan yang dibuat, merupakan antisipasi dan perkiraan tentang apa yang akan dilakukan dalam pengajaran, sehingga tercipta suatu situasi yang memungkinkan terjadinya proses belajar yang dapat mengantarkan siswa mencapai tujuan yang diharapkan. Perencanaan ini meliputi :
a. Tujuan apa yang hendak dicapai, yaitu bentuk-bentuk tingkahlaku apa yang diinginkan dapat dicapai atau dapat dimiliki oleh siswa setelah terjadinya proses belajar mengajar.
b. Bahan pelajaran yang dapat mengantarkan siswa mencapai tujuan.
c. Bagaimana proses belajar-mengajar yang akan diciptakan oleh guru agar siswa mencapai tujuan secara efektif dan efisien.
d. Bagaimana menciptakan dan menggunakan alat untuk mengetahui atau mengukur apakah tujuan itu tercapai atau tidak.





2. Melaksanakan Pembelajaran.
Pelaksanaan pembelajaran selayaknya berpegang pada apa yang tertuang dalam perencanaan. Namun situasi yang dihadapi oleh guru dalam melaksanakan pengajaran mempunyai pengaruh besar terhadap proses belajar mengajar itu sendiri. Oleh sebab itu guru sepatutnya peka terhadap berbagai situasi yang dihadapi, sehingga dapat menyesuaikan pola tingkahlakunya dalam mengajar dengan situasi yang dihadapi. Situasi pengajaran itu sendiri banyak dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut :
a. Faktor guru, setiap guru mempunyai gaya mengajar tersendiri sehingga gaya mengajar mencerminkan bagaimana pelaksanaan pengajaran guru yang bersangkutan yang dipengaruhi oleh pandangannya sendiri tentang mengajar, konsep-konsep psikologi yang digunakan, serta kurikulum yang dilaksanakan.
b. Faktor siswa, Setiap siswa mempunyai keragaman dalam hal kecakapan maupun kepribadian dan hal inilah yang mempengaruhi terhadap situasi yang dihadapi dalam proses belajar mengajar.
c. Faktor kurikulum, kurikulum menggambarkan tujuan yang hedak dicapai dalam belajar sehingga kurikulum merupakan alat pembentuk perubahan tingkahlaku yang diharapkan dapat dicapai siswa melalui proses belajar yang beraneka ragam. Dengan demikian baik bahan maupun pola interaksi guru siswa pun beraneka ragam pula. Hal ini dapat menimbulkan situasi yang bervariasi dalam proses belajar mengajar.
d. Faktor lingkungan. Lingkungan ini meliputi keadaan ruangan , tata ruang dan berbagai situasi fisik yang ada di sekitar kelas atau di sekitar tempat berlangsungnya proses belajar mengajar. Lingkungan ini pun dapat menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi situasi belajar.
3. Memberikan balikan
Memberikan balikan kepada siswa mempunyai fungsi untuk membantu siswa memelihara minat dan antusias siswa dalam melaksanakan tugas belajar. Salah satu alasan adalah bahwa belajar itu ditandai oleh adanya keberhasilan dan kegagalan. Upaya memberikan balikan harus terus dilakukan secara terus menerus. Hal ini bertujuan memberikan minat dan antusias siswa dalam belajar selalu terpelihara.
Sejatinya dalam upaya membangkitkan minat belajar siswa, guru harus dapat merancang pembelajaran dengan berbagai upaya sebagai berikut: memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi situasi pengajaran antara lain faktor siswa, guru, kurikulum dan faktor lingkungan. Selain itu seorang guru harus berupaya memberikan balikan yang dilakukan secara terus menerus. Hal ini bertujuan memberikan minat dan antusias siswa dalam belajar agar selalu terpelihara dan tertib, secara otomatis akan mempengaruhi terciptanya pembelajaran yang menarik dan menyenangkan bagi siswa. Oleh karena itu perlu dipertahankan melalui lancarnya aktivitas pembelajaran yang telah dirancang oleh seorang guru.
PENGGUNAAN DISIPLIN BELAJAR DI SEKOLAH DASAR

Anak dalam usia Sekolah Dasar merupakan satuan pendidikan yang paling penting keberadaannya. Jenjang Pendidikan Dasar bertujuan untuk memberikan kemampuan dasar kepada peserta didik untuk mengembangkan kehidupannya sebagai pribadi, anggota masyarakat dan warga negara, serta mempersiapkan peserta didik untuk mengikuti pendidikan menengah. Namun perlu dipahami bahwa anak pada usia pendidikan dasar pada dasarnya masih cenderung pada dunia bermain sehingga dalam melaksanakan pembelajaran guru diharapkan melakukan pendekatan pembelajaran dengan memilih media menarik dengan kehidupan kesehariannya.
Guru harus mengelolah kelas dengan baik yang sesuai dengan usia anak Sekolah Dasar agar dapat menyesuaikan interaksi siswa dengan pembelajaran melalui pengelolaan kelas, strategi ini bertujuan agar pembelajaran dapat tercapai sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
Bila ditelusuri secara mendalam, proses belajar mengajar yang merupakan inti dari proses pendidikan formal di sekolah di dalamnya terjadi interaksi antara berbagai komponen pengajaran. Kompnen-komponen itu dapat dikelompokkan ke dalam tiga kategori utama yaitu, guru, isi atau materi pelajaran, dan siswa.
Interaksi antara tiga komponen utama melibatkan sarana dan prasarana, seperti metode, media, dan penataan lingkungan tempat belajar, sehingga tercipta situasi belajar mengajar yang memungkinkan tercapaianya tujuan yang telah direncanakan sebelumnya. Dengan demikian, guru yang memegan peranan sentral dalam proses belajar mengajar, setidak-tidaknya menjalankan tiga macam tugas utama.
Disiplin Belajar
Disiplin berasal dari kata Dicipline yang berarti latihan atau pendidikan kesopanan dan kerohaniaan serta pengembangan tabiat Wursanto (1992). Pengertian lain mengemukakan bahwa disiplin merupakan kesadaran dan kesanggupan untuk selalu patuh terhadap segala ketentuan yang harus dijalani demi tercapainya tujuan yang telah di tentukan. Sujamto (1988)
Selain kedua pendapat di atas, maka menurut Sugen Prijodarminto (1992) mengemukakan bahwa : Disiplin adalah suatu kondisi yang tercapai dan terbentuk melalui proses dari serangkaian perilaku yang menunjukan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, keteraturan dan ketertiban
Memberi kesimpulan dari pengertian ini, pada dasarnya disiplin berkaitan dengan sikap seorang anak dalam belajar, atau disiplin menunjukan suatu keadaan untuk memberikan dorongan kepada anak belajar untuk berbuat dan melakukan kegiatannya sesuai aturan yang telah ditetapkan.
Disiplin kelas adalah keadaan tertib dimana para guru, staf sekolah dan siswa yang tergabung dalam kelas/ sekolah, tunduk kepada peraturan-peraturan yang telah ditetapkan dengan senang hati. Amir Daien dan Soekarni (Tim dosen FIP IKIP Malang 1989). Selanjutnya disiplin kelasmempunyai tujuan sebagai berikut:
a. Membantu anak untuk menjadi matang pribadinya dan mengembangkan dari sifat-sifat ketergantungan menuju tidak ketergantungan. Sehingga ia mampu berdiri sendiri atas tanggunjawab sendiri.
b. Membantu anak untuk mampu mengatasi, mecegah timbulnya problem-problem disiplin, dan berusaha menciptakan situasi yang baik dalam kegiatan belajar mengajar dimana mereka mentaati segala peraturan yang telah ditetapkan.
Dalam upaya memantapkan penggunanan disiplin kelas ada beberapa teknik yang dapat digunakan olehh seorang guru dalam kelas yang dapat diuaraikan sebagai berikut:
a. Teknik Pengendalian dari Luar
Untuk meningkatkan pembinana suatu kelas seorang guru dapat memngunakan teknik pengendalian dari luar yaitu perlunya pengawasan ketat, namun hendaknya secara manusiawi yang disesuiaikan denagn tingkat perkembangan anak.
b. Teknik Pengendalian dari Dalam.
Pembinanan disiplindalam pelaksanana sehari-hari hendaknya diusahakan dengan pengendalian dari dalam. Sebab kesadaran akan displin hendaknya tumbuh dan berkembang adari diri tiap sisiwa ke araha disiplin diri sendiri. Dengan kesadaran terhadap norma-norma, peraturan tata tertib yang ditentukan diharap para sisiwa baik secara individual maupun kelompok dapat mengendalikan dirinya.
c. Teknik Pengendalian kooperatif.
Disiplin kelas yang baik mengandung kesadaraan akan tujuan bersama antara guru dan sisiwa dan tujuan bersama ini akan meruapakan tujuan yang diterima sebagai pengendali diman situasi belajar mengajar tercegah dari suasana yang tidak diinginkan, baik oleh guru maupun oleh sisiwa. Klesa dalam sekolah-sekolah harus merupakan wadah yang menyenangkan di aman para guru dan sisiwa bekerjasama secara harmonis, salin menghargai, efektif dan produktif . Oleh karen itu dalam pembinan kelas yang baik selalu diperlukan adanya kerjasama guru siswa dalam mengendalikan situasi kelas ke rah terwujudnya proses belajar mengajar yang baik.
Ketiga teknik ini memberi gambaran bahwa guru maupun siswa dapat saling membina diri dan membina situasi kelas, demi terjaminya hak dan kewajiban masing-masing, demi tercapainya tujuan bersama. Sehingga diperlukan penggunaan disiplin dalam kelas dengan menggunakan teknik antara lain teknik pengendalian dari luar , tekni pengendalian dari dalam dan teknik pengendalian kooperatif.
Upaya Guru Mempertahankan Disiplin Kelas
Guru adalah orang dewasa yang paling berarti bagi siswa. Hubungan siswa dengan guru merupakan lingkungan manusiawi yang penting. Gurulah yang menolong siswa untuk mempergunakan kemampuannya secara efektif, untuk belajar mengenal dirinya sendiri.
Keberhasilan guru dalam melaksanakan pembelajaran bergantung pada kemampuannya untuk menciptakan suasana belajar yang baik di kelas. Olehnya itu dalam mempertahankan disiiplin belajar ada beberapa hal yang penting bagi guru kelas untuk mempertinggi dan memperbaiki pelayanan bimbingan dalam pembelajaran antara lain:
1. Membuat catatan yang teliti tentang diri siswa untuk melengkapi catatan-catatan sekolah agar segera diperoleh gambaran yang lebih baik tentang individu sisiwa.
2. Mengobservasi dan mempelajari siswa, menggunakan dokumen sekolah dan usaha yang jujur untuk memahami mereka sebagai manusia yang belajar, membantu perkembangan kesehatan jasmani dan sebagainya.
3. Kerjasama dengan guru-guru lain untuk memperoleh gambaran yang lengkap tentang para siswa mengenai tantangan minat, kebutuhan dan masalah yang dihadapi mereka.
4. Mempelajari minat dan kebutuhan-kebutuhan siswa dan mempertimbangkan dalam pelajaran dan dalam berbagai kegiatan.
5. Bekerja sama dengan orangtua siswa untuk memahami dan bekerja dengan para siswa.
6. Memikirkan kemungkinan-kemungkinan dalam rangka penggunaan group guidance atau pendekatan-pendekatan dalam pengajaran.
7. Menyesuaikan diri sendiri, bahan pelajaran, kegiatan, dan prosedur kelas dengan minat dan kebutuhan para siswa.
8. Bertindak sebagai sponsor kegiatan-kegatan siswa, sebagai anggota panitia bimbingan dan melaksanakan tugas-tugas lainnya hingga para siswa memahami tugas kewajiban sekolah.
9. Bekerjasama dengan para ahli bimbingan dan porsenil sekolah lainnya yang dapat membantu guru melaksanakan bimbingan.
Upaya untuk mempertahankan kedisplinan dalam kelas perlu dilakukan dengan cara meningkatkan bimbingan yang dilakukan oleh guru di sekolah. Bimbingan yang dimaksudkan adalah sebagai upaya memberi bantuan kepada anak didik yang dilakukan secara terus menerus supaya anak didik dapat memahami dirinya sendiri, sehingga sanggup mengarahakan diri dan bertingkahlaku yang wajar, sesuai dengan tuntutan dan keadaan lingkungan sekolah, keluarga dan masayarakat. Dengan mengenal diri dan bertingkahlaku yang baik maka tentu kedisiplinan siswa dapat dianggap bahwa dia telah memahami aturan-aturan baik disekolah maupun dimasayarakat.
Pada dasarnya upaya memberikan bimbingan di sekolah bukan hanya terbatas pada siswa-siswa di sekolah saja, tetapi juga bagi sekolah secara keseluruhan dan masayarakat. Meskipun demikian uraian ini hanya dibatasi pada anak yang sedang belajar di kelas untuk peningkatan disiplin dalam belaja. Oleh karena itu ada beberapa upaya yang dapat dilakukan oleh guru untuk mempertahankan kedisiplinan kelas antara lain:
a. Guru berupaya memberi bantuan kepada siswa untuk memahami tingkahlaku orang lain baik dikelas maupun di luar kelas.
b. Membantu siswa supaya hidup dalam kehidupan yang seimbang antara aspek fisik, mental dan sosial dalam belajar di kelas.
c. Membantu proses sosialisasi dan sikap sensitif terhadap kebutuhan orang lain.
d. Membantu siswa untuk mengembangkan pemahaman diri sesuai dengan kecakapan, minat, bakat, kecakapan belajar dan kesempatan yang ada.
e. Membantu murid-murid untuk mengembangkan motif-motif intriksik dalam belajar, sehingga dapat mencapai kemajauan yang berarti dan bertujuan.
f. Memberikan dorongnan dalam pengarahan diri, pemecahan masalah, pengambilan keputusan dan keterlibatan diri dalam proses pendidikan.
g. Mengembangkan nialai-nilai dan sikap secara menyeluruh, serta perasaan sesuai dengan penerimaan diri.
h. Membantu siswa untuk memperoleh keputusan pribadi dalam penyesuaian diri secara maksimal didalam kelas khususnyadalam belajar.
















PENTINGNYA PENGAWASAN ORANG TUA DALAM BELAJAR ANAK DI RUMAH

Anak sebagai bagian dari keluarga, merupakan harapan orang tua agar menjadi anak yang berguna dan mendapatkan prestasi yang baik di sekolah maupun di masyarakat. Untuk memenuhi harapan-harapan tersebut perlu adanya pengawasan orang tua guna mendidik anak agar senantiasa teratur kegiatan kesehariannya antara lain belajar, bermain dan berekreasi.
Permasalahan pendidikan yang dihadapi Indonesia saat ini adalah rendahnya mutu pendidikan pada setiap jenjang dan satuan pendidikan khususnya pendidikan dasar menengah. Berbagai usaha telah dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional antara lain melaluii berbagai pelatihan dan peningkatan kompetensi guru pengadaan buku dan alat pelajaran. Perbaikan sarana dan prasarana pendidikan. Namun demikian berbagai indikator mutu pendidikan belum menunjukkan peningkatan yang berarti.
Ini menunjukkan bahwa peran serta masyarakat dalam program pendidikan masih merupakan obyek peserta saja. Karena itu diperlukan partisipasi dan peran orangtua dalam membimbing dan membina anak agar cara belajar di sekolah maupun di rumah dapat diperbaiki dengan cara bekerjasama dengan guru di sekolah. Namun perlu disadari bahwa anak dalam kesehariannya juga masih dipengaruhi oleh beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kondisi belajar.
Ada dua faktor yang dapat mempengaruhi dalam belajar yaitu: (a). Faktor internal yang bersumber dalam diri anak itu sendiri (b). Faktor eksternal yang bersumber dari pengaruh-pengaruh dari luar. Kedua faktor inilah yang akan mempengaruhi situasi belajar pada anak, sehingga waktu dalam belajar terabaikan dan bahkan sama sekali anak tidak pernah belajar baik dirumah maupun di sekolah. Karenanya diperlukan peranan orang tua dalam memberikan pengawasan agar anak dapat mendisiplinkan diri dalam belajar.
Disipli Belajar
Disiplin berkaitan dengan sikap seorang anak dalam belajar, atau disiplin menunjukkan suatu keadaan untuk memberikan dorongan kepada anak belajar untuk berbuat dan melakukan kegiatannya sesuai atauran yang telah ditetapkan. Sedangkan belajar adalah proses perubahan perilaku, akibat interaksi individu dengan lingkungannya, dari pengertian ini belajar merupakan proses perubahan perilaku yang mencakup pengetahuan , pemahaman, keterampilan dan sikap seseorang. Setiap perilaku ada yang bisa diamati dan ada yang tidak bisa di amati. Perilaku yang bisa diamati disebut penampilan sedangkan perilaku yang tidak bisa diamati disebut kecenderungan perilaku.
Dalam upaya mendisiplinkan anak, langkah-langkah yang perlu dilakukan oleh orangtua dalam belajar adalah:
a.Bila orang tua hendak meleyapkan sifat malas belajar anak, mereka harus belajar dengan menegakkan sikap disiplin dan tanggungjawab pribadi anak mereka terhadap kewajiban belajar di rumah.
b.Dalam mendisiplinkan anak diperlukan ketegasan sikap karena anak akan berusaha akan menggagalkan usaha itu dengan cara:
(1).Menimbulkan rasa bersalah dihati orang tua, (2).Membuat takut orangtua,
(3).Membuat orangtua marah sehingga mengambil sikap masa bodoh lepas tangan.
Tujuan dari ketiga cara ini adalah mempermainkan perasaan orang tua sehingga akhirnya secara tidak sadar mereka membiarkan anak memperoleh apa yang sebenarnya dia inginkan.
c. Mendidik merupakan tugas orang tua. Pendidikan dirumah harus dilandasi oleh pasangan cinta kasih dan perasaan tanggungjawab terhadap masa depan anak.
Oleh karena itu, pendidikan yang dilakukan haruslah direncanakan dan dilaksanakan secara sadar tanpa dipengaruhi oleh emosi.
Pengawasan Orang Tua
Anak sebagai bagian dari keluarga, merupakan harapan orang tua agar menjadi anak yang berguna dan mendapatkan prestasi yang baik di sekolah maupun dimasyarakat. Untuk memenuhi harapan-harapan tersebut perlu adanya pengawasan orangtua guna mendidik anak agar senantiasa teratur kegiatan kesehariannya, antara lain belajar, bermain, dan berekreasi.
Upaya orang tua untuk mewujudkan keinginanya supaya anak-anaknya menjadi anak yang baik, sering tidak terwujud. Sebab kadangkala orang tua sejak awal sudah keliru dalam mendidik. Oleh karena itu orang tua harus melihat anak pada dasarnya akan dibentuk dari pengaruh luar untuk menentukan pola yang terbentuk pada dirinya. Sehingga perlu orang tua memberikan contoh dan teladan yang terbaik pada anak di usia dini sampai usian dewasa. Salah satu upaya yang paling penting untuk mengarahkan anak pada pola pembentukan anak adalah melakukan pengawasan terhadap anak khususnya pengawasan terhadap cara belajar baik formal maupun non formal.
Upaya pengawasan orang tua dalam peningkatan disiplin anak pada jenjang pendidikan formal antara lain:
a.Orang tua harus memberikan pengawasan anak terhadap keinginan-keinginan yang bertolak belakang dengan media belajar. Misalanya keinginan menonton TV pada saat waktu belajar.
b.Orang tua mengatur kegiatan keseharian anak jangan sampai seluruh kegiatan diguanakan untuk bermain. Dan apabila anak menggunakan seluruh energinya untuk bermain maka waktu belajar sudah tidak ada.
c.Orang tua sebaiknya harus mengawasi terhadap teman bermain anak dan memberikan pengertian mencari teman sebaya untuk belajar bersama.
d.Orang tuamengawasi anak, agar tidak terpengaruh terhadap lingkungan yang akan menjerumuskan kehal-hal yang negatif. Misalnya narkoba dan miras, dan


e.Orang tua harus mengawasi dengan jelasmemberikan pengertian terhadap kegemaran atau hobby yang diminati oleh anak, agar tidak lupa waktu belajar, baik di sekolah maupun di rumah.
Lima upaya pengawasan orang tua yang telah digambarkan, maka tentu memotivasi anak dalam belajar dan pada kesimpulannya anak akan lebih disiplin dalam belajar.
























LINGKUNGAN HIDUP PADA SATUAN
PENDIDIKAN MUATAN LOKAL

Kebijakan otonomi daerah akan memberikan peluang fifti-fifti terhadap kelestarian lingkungan hidup, peluang tersebut 50 persen terhadap kehancuran lingkungan dan 50 persen terhadap pelestarian lingkungan. Kehawatiran ini perlu disikapi dengan baik dan melihat kenyataan di daerah saat sekarang ini. Dengan kebijakan ini, daerah yang mempunyai tingkat pendapatan yang rendah tentu akan mengoptimalkan pengelolaan sumber daya alam untuk memacu pendapatan asli daerahnya.
Kondisi ini, tanpa disadari akan berdampak pada pengrusakan lingkungan hidup.Kerusakan lingkungan yang terjadi saat sekarang ini antara lain terjadinya banjir akibat pengelolaan hutan yang tidak bijaksana , kerusakan terumbu karang akibat pengeboman ikan, dan masih banyak lagi kerusakan lingkungan yang dapat mempengeruhi kehidupan manusia.
Kebijakan pengelolaan lingkungan hidup yang dilakukana saat sekarang ini hanya semata-mata untuk melaksanakan program kerja yang cenderung tidak tersentuh manfaatnya kepada masyarakat. Olehnya itu diperlunya pemahaman tentang masalah-masalah lingkungan hidup dari seluruh masyarakat untuk memotivasi dan berpartisipasi aktif dalam pengelolaan lingkungan hidup agar tercipta budaya peduli terhadap lingkungan dimasyarakat.
Budaya merupakan bagian dari seluruh sistem gagasan dan rasa,tindakan, serta karya yang dihasilkan manusia dalam kehidupan bermasyarakat yang dijadikan miliknya dengan cara belajar. Hal ini memberi pengertian bahwa menciptakan budaya peduli terhadap lingkungan dimasyarakat setidaknya dibutuhkan cara belajar dengan melibatkan gagasan, rasa dan tindakan, agar pendidikan lingkungan hidup dapat diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari, yang pada akhirnya berdampak pada terciptanya budaya peduli lingkungan di masyarakat.
Persoalan lingkungan hidup yang paling mendorong terjadinya degradasi akhir-akhir ini adalah, tingginya pemanfaatan sumber daya alam yang dapat menimbulkan peningkatakan kerusakan lingkungan hidup antara lain;
a.Kerusakan hutan. Hutan alami di Indonesia sudah berkuran sampai dengan 72 persen dan sedang dalam proses perusakaan seluas 4000 hektar perhari atau 1,46 juta hektar pertahun. Salah satu akibat penghancuran hutan adalah bahwa mamalia dan spesies burung menururn secara derastis.
b.Pencemaran udara , air dan tanah. Perkembangan dibidang industri menyebabkan peningkatan pencemaran untuk hampir semua zat pencemaran. Akibatnya kualitas udara di kota-kota besar pada umumnya sudah sangat buruk.
c.Terumbu karang. Areal terumbu karang seluas 65,000 km memiliki potensi keuntungan miliaran pertahun. Namum dalam kenyataanya Negara kita merugi akibat kerusakan terumbu karang. Pada saat ini terumbu karang diperkirakan tinggal 5,56 persen saja yang masih dalam kondisi baik.
d.Pengalihan pemanfaatan lahan untuk pembangunan. Pengalihan lahan terus berlanjut yang mengakibatkan berkurang atau hilangnya lahan-lahan yang berfungsi menjadi penopang keseimbangan lingkungan. Pengalihan lahan tersebut telah menyebabkan gangguan terhadap keseimbangan hidro-orologis, berkurangnya air tanah, erosi dan banjir.
Degradasi lingkungan yang terjadi di negara kita menunjukkan perlunya komitmen dan kesadaran yang sangat tinggi dari seluruh pihak untuk secara konsisten agar melibatkan gagasan, rasa, dan tindakan serta menerapkan prinsip-prinsip pengelolaan lingkungan agar menciptakan budaya peduli terhadap lingkungan.
Menciptakan budaya peduli terhadap lingkungan dimasyarakat setidaknya dibutuhkan waktu yang cukup lama, oleh karena itu dibutuhkan political will dari pemerintah agar pendidikan lingkungan hidup dapat diimplementasikan di sekolah melalui mata pelajaran muatan lokal.
Mata pelajaran muatan lokal di sekolah bertujuan untuk memberikan bekal pengetahuan, keterampilan dan perilaku kepada peserta didik agar mereka memiliki wawasan yang mantap tentang keadaan lingkungan dan kebutuhan masyarakat sesuai dengan nilai-nilai/aturan yang berlaku di daerahnya dan mendukung kelangsungan pembangunan daerah serta pembangunan nasional. Lebih jelas lagi agar peserta didik dapat: Mengenal dan menjadi lebih akrab dengan lingkungan alam, sosial, dan budayanya, Memiliki bekal kemampuan dan keterampilan serta pengetahuan mengenai daerahnya yang berguna bagi dirinya maupun lingkungan masyarakat pada umumnya, Memiliki sikap dan perilaku yang selaras dengan nilai-nilai/aturan-aturan yang berlaku di daerahnya, serta melestarikan dan mengembangkan nilai-nilai luhur budaya setempat dalam rangka menunjang pembangunan nasional.(BalitbangDepdiknas 2006).
Muatan Lokal merupakan kegiatan kurikuler yang di kembangkan dengan menyesuaikan dengan ciri khas dan potensi daerah, termasuk keunggulan daerah, yang ruang lingkupnya berkaitan dengan lingkungan alam, lingkungan sosial ekonomi, dan lingkungan sosial budaya. Hal ini sejalan dengan kebutuhan daerah tentang aspirasi masyarakat mengenai pelestarian alam dan pengembangan daerahnya, serta konservasi alam dan pemberdayaannya.
Konservasi sumber daya alam dan pelestarian lingkungan merupakan bentuk dari pengelolaan lingkungan hidup agar tetap berkelanjutan. Hal yang inilah yang perlu dikembangkan agar generasi sekarang memiliki sikap dan perilaku positip terhadap persoalan lingkungan hidup. Sehingga solusi diperlukan pemberian pengetahuan kepada generasi agar memiliki tindakan dalam mengelolah lingkungan hidup dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya saja perbaikan lingkungan di sekitar sekolah dengan cara menghijaukan dengan menanam tumbuhan serta melakukan kerja sosial dimasyarakat seperti misalnya penanaman hutan bakau di pesisir pantai. Program ini dapat memberi harapan bahwa untuk mempelajari lingkungan hidup terbuka lebar melalui muatan lokal, tentu dengan dukungan dan komitmen dari pemerintah agar serius menangani masalah-masalah lingkungan yang saat sekarang ini mengalami degradasi.
Pelaksanaan pembelajaran pendidikan lingkungan hidup di sekolah bukan semata-mata membawa pendidikan lingkungan kebangku sekolah. Namun bagaimana menciptakan budaya lingkungan hidup kepada anak-anak sekolah melalaui pendidikan lingkungan.
Pemikiran penulis, memang sangat sulit menjadikan pendidikan lingkungan menjadi budaya peduli lingkungan hidup kepada anak-anak sebab setidaknya dibutuhkan waktu yang cukup lama untuk menjadikan budaya lingkungan hidup dimasyarakat sebab dibutuhkan kebijakan yang tegas dari pemerintah untuk menciptakan budaya lingkungan agar senantiasa tumbuh dan berkembang dimasyarakat.
Apabila pemerintah komitmen dengan kebijakan memasukkan didalam muatan lokal di sekolah, kemungkinan tidak diperlukan waktu yang cukup lama membangun budaya peduli lingkungan dimasyarakat asal pendidikan lingkungan hidup diajarkan kepada anak-anak sejak dini, baik pada jenjang SD,SMP dan SMA..
Kebijakan ini harapan kita dimasa yang akan datang kualitas lingkungan dapat dinikmati oleh generasi yang akan datang. Oleh karena itu dalam merumuskan mata pelajaran pendidikan lingkungan ini ke dalam muatan lokal diperlukan keterlibatan guru, ahli bidang kajian lingkungan hidup,dan ahli dari instansi lain dalam menyusun Pengembangan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar pada mata pelajaran pendidikan lingkungan hidup pada muatan lokal agar dapat dilaksanakan di sekolah yang disesuaikan dengan kebutuha daerah.



























PROFESI GURU YANG KESEPIAN

Barangkali tidak terlalu berlebihan jika kita memberi apresiasi bahwa guru merupakan kelompok profesional yang kesepian dan terasing. Hal ini dapat digambarkan guru dalam melaksanakan aktivitasnya kebanyakan menghabiskan hari-harinya di kelas dengan melaksanakan pekerjaan rutin antara lain mengajar, memeriksa pekerjaan siswa, menangani siswa yang bermasalah, begitu kegiatan belajar mengajar berlangsung guru asik dengan dirinya sendiri dan siswanya. Diluar keempat dinding tidak seoranpun yang tahu apa yang terjadi dikelas, setelah jam belajar usai mereka pulang untuk kemudian besoknya datang lagi beberapa menit sebelum jam pelajaran dimulai. Dan pada akhirnya harus diakui begitulah adanya guru sebagai sebuah profesi.
Profesi guru yang diberi gelar sebagai pahlawan tanpa tanda jasa dan simbol sang umar bakri yang memakai sepeda buntut, tas lusuh dan sapari model lama. Gelar ini cukup sudah memberi gambaran tentang guru yang tidak profesional, guru harus mulai bangkit, merubah pola-pola tradisonal melalui gerbang kesejahteraan dengan sertifikasi guru.
Diperlukan perubahan dengan komitmen bersama serta melakukan reformasi ditubuh profesi guru, salah satunya adalah guru tua harus bersinergi dengan guru muda dengan prinsif siapa yang bisa memimpin harus berani maju kedepan , siapa yang mau berubah harus membuka pikirannya. Rhenal Kasali (2007). Model inilah yang sebenarnya diinginkan dalam membangun citra guru, bukan karena dia tua maka dia yang memimpin, tetapi harus orang yang mempunyai kemampuan dan harus selalu berinovasi agar pola-pola tradisional dapat dihilangkan.
Ingat rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain; kualitas guru, kurikulum infrastruktur dan sistem belajar mengajar, tingkat kehadiran guru, rasio guru dan murid. Olehnya itu guru seharusnya menyatukan langkah, berkomitmen bersama agar profesi guru kembali memiliki citra yang baik di antara profesi di negara tercinta ini. Begitu hebatnya profesi dokter, advokat dan lain-lain, kalau guru masih sebuah tanda tanya besar apakah dimasa yang akan datang dapat menjadi agen perubahan.
Profesi Guru
Kata profesi dapat diartikan sebagai suatu pekerjaan dengan keahlian khusus sebagai matapencarian tetap. Memaknai kata profesi maka guru dapat dikategorikan sebagai suatu profesi sebab seorang guru mendapatkan penghasilan dengan melaksanakan pengajaran. Adapun syarat-syarat sebagai suatu profesi adalah:
a.Jabatan yang melibatkan intelektual.
b.Jabatan yang menggeluti suatu batang tubuh ilmu yang khusus
c.Jabatan yang memerlukan kesiapan peofesionalisme yang lama,
d.Jabatan yang memerlukan latihan dan jabatan yang berkesinambungan,
e.Jabatan yang menjanjikan karier hidup dan keanggotaan permanen,
f.Jabatan yang menentukan baku standarnya sendiri,
g.Jabatan yang memetingkan layanan di atas keuntungan pribadi,
h.Jabatan yang mempunyai organisasi profesional yang kuat dan terjalin erat.
Menyikapi krateria ini adalah sesuatu hal yang masih simpang siur serta semakin membuat pekerjaan sebagai guru semakin berat. Kalau dikaji pada bagian pertama guru adalah jabatan yang melibatkan intelektual, maka seorang guru harus menjadi pribadi yang selalu haus dengan pengetahuan tambahan, memiliki segudang informasi yang mengikuti perkembangan zaman, agar menunjukkan guru tersebut adalah intelek.
Namun apa jadinya apabila guru dalam kesehariannya tidak pernah membaca untuk menambah pengetahuan. Selanjutnya pada bagian guru adalah jabatan yang lebih mementingkan layanan diatas keuntungan pribadi.
Hal ini masih tandatanya besar dengan berdasar pada kesejahteraan guru yang masih rendah tentu kecenderungan guru masih akan mementingkan keuntungan pribadi dalam mengelolah pembelajaran. Keadaan seperti ini tentu diperlukan mental yang baik dan senantiasa melaksanakan tugas dan tanggungjawab sesuai koridor agar pekerjaan sebagai guru dapat bernilai ibadah dan berberkah.



Formula Baru Profesi Guru
Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik mulai anak usia dini, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Profesi guru merupakan bidang pekerjaan khusus yang dilaksanakan berdasarkan prinsif:
a.Memiliki bakat, minat,panggilan jiwa dan idealisme.
b.Memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan, ketaqwaan dan ahlak mulia.
c.Memiliki kualifikasi akademik dan latarbelakang pendidikan sesuai dengan bidang tugas.
d.Memilikikompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas.
e.Memiliki tanggungjawab atas pelaksanaan tugas profesionalismenya.
f.Memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerja.
g.Memiliki kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan belajar seanjangn hayat.
h.Memiliki jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas keprofesionalan dan
i.Memiliki organisasi profesi yang mempunyai kewenangan mengatur hal-hal yang berkaitan dengan tugas keprofesionalan guru. (UURI No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen).
Mengaktualisasikan dari beberapa prinsif profesional guru ini, maka seorang guru dalam mengembangkan profesinya perlu memahami beberapa hal dan mencari solusi terbaik agar profesi guru tetap eksis dimasyarakat antara lain:
1. Mengenal Filsafat Kontruksiv
Berubahnya paradigma baru pendidika dinegara kita mengacu pada filsafat kontruksif. Prinsif filsapat kontruksif beranggapan bahwa pengetahuan tidak dapat dittrasnfer begitu saja kepada orang lain tetapi harus dapat diintepretasi sendiri oleh masing-masing orang, intinya bahwa pembelajaran peserta didik harus mampu membangun sendiri pengetahuannya. Perubahan paradigma baru pendidikan memberi dampak terhadap perubahan cara belajar dan mengajar. Antara lain, peran guru bukan lagi sebagai pentransfer ilmu tetapi lebih berfungsi sebagai fasilitator. Sehingga diharapkan seorang gurudapat membuat skenario pembelajaran yang lebih menarik, menyenangkan dan menantang. Dengan perubahan ini diperlukan peningkatan kompetensi guru agar lebih profesional dalam melaksanakan pembelajaran.
2. Mendukung PP Undang-Undang Guru dan Dosen Disahkan.
Harapan besar gerbang kesejahteraa guru adalah adanya sertifikasi guru dengan janji gaji pokok satu kali lipat. Perlu diketahui bahwa kebijakan sertifikasi guru saat ini merujuk pada KEPMEN No.18 Tahun 2007. Bukan berdasarkan pada UU Guru dan Dosen dengan alasan bahwa undang-undang tersebut belum ada Petunjuk Pelaksanaan. Harapan kita semua mudah-mudahan sertifikasi guru ini tetap dijalankan oleh pemerintah berdasarkan aturan yang telah berlaku.



3. Memberdayakan MGMP Bidang Studi
KTSP sebagai solusi untuk menjawab keterpurukan pendidikan di Indonesia telah dilaksanakan dilaksanakan di sekolah. Dalam pelaksanaannya memberi beban administrasi pembelajaran guru sebab Pendidikan Nasional sudah tidak menyediakan perangkat kurikulum yang utuh, sehingga pengembangan kurikulum tentu kembali pada keahlian guru dalam merumuskan skenario pembelajaran dan pengembangan silabus pembelajaran. Ada penyakit yang muncul dari sebagian guru yang tidak kreatif dan tidak inovatif mau bekerja dengan mengambil jalan pintas, dengan cara copy paste dari silabus dan RPP sekolah lain, padahal telah disadari bahwa pelaksanaan KTSP harus disesuaikan dengan kondisi sekolah dan daerah yang telah diintegrasikan dalam pembelajaran. Solusi yang terbaik adalah dengan memberdayakan MGMP dengan bekerjasama pemerintah daerah.
4. Perlindungan Hukum yang jelas Bagi Profesi Guru.
Sebagian besar orang tua didunia ini tidak akan pernah melakukan penganiayaan terhadap anaknya, itupun kalau ada hanya sebatas kasus. Namun ditengah tantangan peningkatan profesionalisme guru masih kita dapati guru terindikasi melakukan kekerasan kepada siswa , sehingga beberapa kasus telah menjadi komsumsi publik dan dilimpahkan ke pengadilan. Ironi memang kadangkala juga orang tua siswa tidak sadar apakah dia sudah mendidik anaknya dengan baik di rumah tentang tata keramah, cara bergaul, dan menghormati orang yang lebih tua dari dia, ketika guru melakukan pembinaan di sekolah maka siswa melapor ke orang tuanya dengan tindak kekerasan yang dilakukan oleh gurunya di sekolah. Maka opini masyaraktpun berubah tentang guru yang begitu di hormati menjadi guru yang tidak perlu ditiru dan dihormati profesinya.
Formula yang diuraikan memberi gambaran bahwa guru masih masih besar harapan untuk senantiasa melakukan perubahan dengan cara berinovasi serta merubah pola-pola pembelajaran tradisional, membangun kepribadian yang dapat dihargai oleh masyarakat dan menjadi teladan bagi siswa.















MATERI TSUNAMI TERINTEGRASI PADA BIDANG STUDI GEOGRAFI

Tsunami adalah gelombang raksasa yang terjadi akibat gempa bumi yang berpusat di laut. Kata tsunami berasal dari bahasa Jepang yang setelah terjadinya gempa bumi yang menyapu bersih pantai ibukota Jepang yang terletak di daerah pesisir. Demikian juga halnya Aceh pada tanggal 26 Desember 2004 bencana tsunami berkekuatan 8,9 skala ricter yang mengguncang dasar laut sebelah barat pulau Sumatera.
Bencana ini semakin membuat kita tidak percaya setelah pulau Nias, Mentawai serta beberapa daerah lain juga mengalami gempa bumi. Yang membuat kita resah adalah akibat gempa bumi tektonik ini memberi pengaruh terhadap terjadinya gempa bumi vulkanik dibeberapa daerah Sumatera dan pulau Jawa yang menyebabkan gunung api pada kedua pulau ini kembali aktif secara bersamaan mengeluarkan erufsinya. Sebagian orang berpendapat bahwa gejala ini merupakan gejala alami yang diakibatkan oleh pergeseran lempeng batuan dalam perut bumi yang mengakibatkan gempa bumi tektonik.
Pendapat ini sah saja, namun perlu dipikirkan besarnya korban jiwa dan materi yang diakibatkan oleh bencana tersebut. Sehingga diperlukan langkah-langkah konkrik untuk mengantisipasi terjadinya bencana besar pada gempa bumi. Saat sekarang ini upaya mengatisipasi tejadinya gempa hanya dalam bentuk informasi yang akurat dan terpercaya, melalui seismograf. Selain itu muncul wacana mempelajari tsunami dan dampaknya terhadap kehidupan manusia di sekolah pada jenjang pendidikan.
Wacana ini sangatlah tepat selama materi bencana tsunami tidak lagi membebani kurikulum yang telah ada, sebab sebagian pemerhati pendidikan selalu menyoroti ketidakberhasilan pendidikan di Indonesia adalah karena persoalan kurikulum. Model yang bisa dilakukan adalah pengintegrasian materi Tsunami pada mata pelajaran geogarafi dengan pertimbangan bahwa materi pelajaran tersebut mempelajari tentang kebumian dengan segala fenomena geosfer dipermukaan bumi termasuk didalamnya terjadinya gempa bumi.
Pada mata pelajaran Geografi Kurikulum Tingkat satuan pendidikan (KTSP) peluang pengintegrasian sangat tepat. Hal ini dilandasi beberapa hal antara lain adanya kebijakan pemerintah dibidang pendidikan bahwa semua kompetensi dan pengalaman belajar dirancang secara berkesinambungan dan disesuaikan dengan kebutuhan sekolah dan masyarakat yang berbeda dan responsif terhadap perubahan sosial dan teknologi.
Berdasarkan pendapat dia atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pelaksanaan KTSP didasarkan atas pembagian kewenangan antara pusat dan daerah sebagai daerah otonom dan dalam penegelolaan pendidikan penalaman belajar peserta didik dirancang sesuai kebutuhan daerah, sekolah dan responsif terhadap perubahan sosial dan teknologi.dengan dasar ini maka penulis menganggap bahwa pentingnya pengintegrasian materi tsunami ke dalam mata pelajaran Geografi, sebagai upaya pengembangan pembelajaran sesuai dengan kebutuhan daerah dan sekolah.
Mata pelajaran Geografi yang merupakan disiplin ilmu kebumian dengan sudut pandang keruanganyang meliputi segala fenomena yang terjadi dipermukaan bumi dalam implementasinya, bertujuan membentuk kemampuan sikap dan keterampilan manusia Indonesia yang siap menghadapi perubahan fenomena geosfer sehingga memiliki kemampuan mengambil keputusan secara cermat dan tepat.
KTSP telah menuangkan materi pembelajaran tentang Litosfer yang membahas tentang tenaga geologi yakni tenaga eksogen dan tenaga endogen. Tenaga endogen adalah tenaga asal dalam bumi yang mencakup tektonik, vulkanik, dan gempa bumi. Sedangkan tenaga endogen tenaga yang bersal dari luar bumi mencakup sedimentasi, erosi, pengangkutan. Pada pembahasan ini yang lebih banyak membahas tentang tsunami adalah berada pada tenaga endogen.
Tenaga endogen yang lebih banyak berpengaruh adalah terjadinya peristiwa tektonik yang merupakan tenaga yang dapat menyebabkan perubahan lapisan permukaan bumi secara vertikal dan horizontal yang dapat menimbulkan lipatan dan patahan dalam batuan.
Tejadinya proses ini maka akan berdampak pada terjadinya gempa bumi dan tektonik.
Munculnya wacana pembelajaran tsunami untuk diajarkan disekolah, sangat tepat tetapi diperlukan kesiapan pendidik merancang pembelajaran dengan memadatkan materi berdasarkan fenomena yang melanda negara kita akhir-akhir ini. Hal ini merupakan tantangan profesionalisme dan kompetensi guru dalam upaya merancang pembelajaran yang reresentatif tentang tsunami.
Berdasarkan hal ini beberapa kompetensi guru yang harus dimiliki dalam upaya pengintegrasian materi bencana tsunami antara lain; merancang skenario pembelajaran dalam bentuk pengintegrasian materi bencana tsunami baik di SLTP maupun di SMA dan peluang pengintegrasian terdapat pada pokok bahasanLitosfer, kesiapan guru mata pelajaran mengumpulkan bahan ajar tentangtsunami yang mencakup peta dan data-data tentang bencana tsunami untuk kemajuan siswa dalam pembelajaran
Dari empat kompetensi yang harus dimiliki oleh guru akan lebih menarik dan sistimatik ketika ada komitmen MGMP geogarafi untuk menyusun bersama perangkat pembelajaran, agar materi tentang bencana tsunami tepat sasaran. Harapan kita dari pengintegrasian ini adalah agra masyarakat masa yang akan datang peristiwa bencana tsunami yang menelan ribuan korban jiwa dapat diantisipasi melalui pengetahuan masyarakat dalam bentuk pembelajaran di sekolah. Dan sebagai renungan kita adalah bahwa bencana tsunami ini hanyalah Yang Maha Kuasa yang dapat memastikan kehadirannya dipermukaan bumi dan tugas manusia hanya berusaha mengetahui penyebab dan upaya menghindari korban yang banyak.

MANAJEMEN KEPALA SEKOLAH DALAM MENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN

Pendidikan merupakan salah satu aspek pembangunan dan sekaligus merupakan syarat mutlak untuk mewujudkan pembangunan nasional. Oleh karena itu pendidikan memiliki posisi strategis dalam pembangunan, khususnya pada upaya pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM). Untuk mencapai hal tersebut perlu perbaikan dan peningkatan pengelolaan organisasi sekolah sebagai bagian dari sistem pendidikan khususnya pelayanan dengan menggunakan manajemen yang mengarah kepada tujuan pendidikan nasional.
Keberhasilan sebuah sekolah pada dasarnya lebih banyak dipengaruhi oleh manajemen apa yang digunakan dalam mencapai tujuan pendidikan. Disadari sepenuhnya bahwa selama ini pemerintah mempunyai kesungguhan dalam upaya peningkatan dan pengembangan pendidikan antara lain pembukaan sekolah baru terus bertambah, pembagian buku-buku pelajaran, pembagian beasiswa dan peningkatan kualitas guru melalui pelatihan. Upaya yang dilakukan pemerintah tersebut bertujuan untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas mutu pendidikan dalam rangka meningkatkan mutu Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia. Namun pada kenyataannya pendidikan kita masih rendah mutu yang dihasilkan.
Menyikapi masalah pendidikan ini, sedikitnya ada tiga faktor yang mempengaruhi rendahnya mutu pendidikan sehingga tidak megalami peningkatan secara merata antara lain:
a.Kebijakan dan penyelenggaraan pendidikan tidak dilaksanakan secara konsekuen.
b.Penyelenggaraan pendidikan nasional dilakukan secara sentralistik, sehingga menempatkan sekolah sebagai penyelenggara pendidikan sangat tergantung pada keputusan birokrasi yang mempunyai jalur sangat panjang dan kadang-kadang kebijakan dikeluarkan tidak sesuai dengan kondisi sekolah.
c.Peran serta masyarakat, khususnya orang tua peserta didik dalam penyelenggaraan pendidikan selama ini sangat minim. (Departemen Pendidikan Nasional, 2000).
Kenyataan yang di gambarkan di atas diperlukan upaya untuk merubah cara-cara agar pendidikan kita mengalami peningkatan yang berarti. Oleh karena itu tidak salah jika perbaikan ini dimulai dengan merubah manajemen dalam pengelolaan sekolah.
Manajemen berbasis sekolah merupakan model manajemen yang memberi otonomi lebih besar kepada sekolah dan mendorong pengambilan keputusan bersama dari semua warga sekolah dan masyarakat untuk mengelola sekolah dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan berdasarkan kebijakan pendidikan nasional.
Model manajemen berbasis sekolah inilah yang akan menjawab berbagai persoalan pendidikan yang selama ini tidak memberi kontribusi dalam peningkatan mutu pendidikan. Dimana sekolah diberi kewenangan yang lebih besar dalam mengelola sekolahnya, sehingga lebih mandiri. Sekolah lebih berdaya dalam mengembangkan program-program yang lebih sesuai dengan kebutuhan sekolah.
Dari beberapa uraian di atas, dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa dengan adanya manajemen berbasis sekolah maka semakin terbuka peluang untuk mewujudkan dan menyukseskan peningkatan mutu pendidikan sebagai komitmen pemerintah dalam upaya pemerataan pendidikan dapat dilaksanakan.
Upaya Peningkatan Mutu Pendidikan
Dalam upaya memperoleh gambaran mengenai pengertian pendidikan, maka perlu dipertanyakan, apa sebenarnya pendidikan itu. Pada dasarnya pendidikan telah ada jauh sebelum orang berpikir tentang pendidikan. Sejak ada manusia, sejak itu pula manusia mendidik anak-anaknya dan sanak keluarganya. Akan tetapi pemikiran tentang pendidikan baru muncul setelah menelan waktu yang cukup lama.
Akar kata pendidikan adalah “didik atau mendidik” yang mengandung arti memelihara dan memberi latihan (Poerwadarminta, 1996). Dari pengertian yang sederhana ini dapat diartikan sebagai usaha untuk membina kepribadian manusia sesuai nilai-nilai yang ada dalam masyarakat dan kebudayaan.
Sejalan dengan pendapat di atas maka menurut Fattah (1996), bahwa pendidikan adalah : (a) Proses seseorang mengembangkan kemampuan, sikap dan tingkah laku lainnya di dalam masyarakat tempat mereka hidup, (b) Proses sosial yang terjadi pada orang yang dihadapkan pada pengaruh perkembangan kemampuan sosial, kemampuan individu yang optimal.
Selanjutnya menurut Jalaluddin (1997) mengemukakan bahwa pendidikan adalah, “Bimbingan secara sadar dari pendidik terhadap perkembangan jasamani dan rohani anak didik menuju terbentuknya manusia yang memiliki kepribadian yang utama dan ideal”.
Beberapa pendapat mengenai pendidikan di atas, hal ini sejalan dengan Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bahwa pengertian pendidikan adalah : Usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara kreatif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Implikasi dari kesimpulan pengertian pendidikan di atas memberi makna, bahwa pendidik maupun peserta didik harus meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Ini menunjukkan bahwa diperlukannya mutu sumber daya manusia yang handal diberbagai bidang sesuai amanat undang-undang sistem pendidikan bahwa pendidikan diselenggarakan dengan memberdayakan semua komponen masyarakat melalui peran serta dalam penyelenggaraan dan pengendalian mutu layanan pendidikan ( Undang-undang No. 20 Tahun 2003).
Secara umum mutu dapat diartikan gambaran dan karakteristik menyeluruh dari barang atau jasa yang menunjukkan kemampuannya dalam memuaskan kebutuhan yang ditentukan atau tersirat. Dalam membicarakan mutu dalam konteks pendidikan mencakup 3 (tiga) komponen yakni input, proses, dan output pendidikan. Hal ini dapat di uraikan sebagai berikut :
a. Input pendidikan adalah : segala sesuatu yang harus tersedia karena dibutuhkan untuk berlangsungnya proses. Sesuatu yang dimaksud berupa sumber daya dan perangkat lunak serta harapan-harapan sebagai pemandu bagi berlangsungnya proses.
1. Input sumber daya manusia meliputi : kepala sekolah, guru, konselor, karyawan dan peserta didik.
2. Input perangkat meliputi : struktur organisasi sekolah, pengaturan perundang-undangan, deskripsi tugas, rencana, program.
3. Input harapan meliputi : visi, misi, tujuan dan sasaran-sasaran yang ingin dicapai oleh sekolah.
b. Proses Pendidikan : Merupakan berubahnya sesuatu menjadi sesuatu yang lain. Sesuatu yang berpengaruh terhadap berlangsungnya proses disebut input, sedang sesuatu dari hasil proses disebut output. Dalam pendidikan tingkat sekolah proses yang dimaksud adalah proses pengambilan keputusan, proses pengelolaan kelembagaan, proses pengelolaan program, proses belajar mengajar, dan proses monitoring dan evaluasi.
c. Output pendidikan adalah : merupakan kinerja sekolah. Kinerja sekolah adalah prestasi sekolah yang dihasilkan dari proses sekolah. Kinerja sekolah dapat diukur dari kualitasnya,efektivitasnya, produktivitasnya, efesiensinya, inovasinya, kualitas kehidupan kerjanya dan moral kerjanya.
Berbagai komponen di atas maka untuk mengetahui mutu pendidikan dalam suatu sekolah pada pendidikan formal adalah menunjukkan pencapaian yang tinggi dalam:
1.Hasil tes kemampuan akademi, berupa nilai ulangan umum, Ujian Sekolah (US) dan Ujian Nasional (UN).
2.Prestasi dibidang lain seperti prestasi olahraga, kesenian, keterampilan dan karya tulis.
Dan selanjutnya bahwa mutu sekolah dipengaruhi oleh banyak tahapan kegiatan yang saling berhubungan seperti perencanan, pelaksanaan, dan pengawasan.
Deskripsi ini merupakan tawaran untuk bisa meningkatkan mutu pendidikan, tetapi kenyataan dilapangan masih jauh dari apa yang kita harapkan, sehingga mutu pendidikan kita masih ditanggapi sangat rendah dengan mengambil beberapa indikator antara lain:
a.Tingkat kelulusan yang sangat rendah, baik kelulusan kelas maupun kelulusan ujian nasional.
b.Keberadaan guru sebagai tenaga pengajar masih ditanggapi kurang profesional dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran, dan
c.Manajemen pendidikan yang masih menggunakan paradigma lama. (MZ Mandaru, 2005).
Berdasakan kenyataan di atas maka di perlukan upaya peningkatan mutu pendidikan, antara lain :
a.Kepala sekolah hendaknya mendayagunakan sumber daya pendidikan yang tersedia semaksimal mungkin dengan menggunakan manajemen berbasis sekolah.
b.Guru dalam melaksanakan proses pembelajaran harus lebih profesional dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1.Guru harus mempunyai pegangan asasi tentang mengajar dan dasar-dasar teori mengajar.
2.Guru harus mampu mengembangkan sistem pengajaran.
3.Guru harus mampu melakukan proses belajar mengajar yang efektif.
4.Guru harus mampu melakukan penilaian hasil belajar sebagai dasar umpan balik bagi seluruh proses yang ditempuh.
c.Menggunakan pengalaman-pengalaman baru yang dianggap efektif dan menggunakan teori-teori yang terbukti meningkatkan kualitas pembelajaran. Antara lain ; bagaimana guru memberi kemungkinan bagi peserta didik agar terjadi proses belajar yang efektif dengan menggunakan media atau sarana dan prasarana yang tersedia baik di lingkungan sekolah maupun dalam ruangan belajar.
Berdasarkan beberapa uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa upaya peningkatan pendidikan adalah Pentingnya kepala sekolah menggunakan manajemen berbasis sekolah, guru hendaknya lebih profesional dalam melaksanakan proses belajar mengajar, dan menggunakan media pembelajaran yang dapat menunjang peningkatan mutu pendidikan.
Manajemen Berbasis Sekolah
Manajemen seringkali diartikan sebagai suatu seni untuk menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain. Hal ini mengandung arti bahwa para manajer mencapai tujuan-tujuan melalui pengaturan orang-orang lain untuk melaksanakan berbagai pekerjaan yang diperlukan dalam organisasi.
Manajemen merupakan titik sentral yang utama dalam pengelolaan sumber daya manusia, penentu bagi tercapainya tujuan organisasi. Pengertian ini sejalan dengan pendapat Likert dalam Hasimbuan (1991), bahwa dari semua tugas-tugas manajemen, pengelolaan komponen manusia adalah tugas inti dan paling penting karena semua pekerjaan tergantung pada bagaimana hal itu dilakukan.
Pendapat ini memberi kemungkinan bahwa pengelolaan pendidikan formal juga merupakan pengelolaan komponen manusia sebagai bentuk tugas-tugas manajemen. Namun demikian diperlukan model manajemen yang digunakan harus mengarah kepada pencapaian tujuan pendidikan Nasional. Oleh karena itu salah satu model manajemen yang dapat digunakan adalah dengan pelaksanaan manajemen berbasis sekolah.
Manajemen berbasis sekolah adalah model manajemen yang memberikan otonomi lebih besar kepada sekolah dan mendorong pengambilan keputusan bersama dari semua warga sekolah dan masyarakat untuk mengelola sekolah dalam rangka peningkatan mutu pendidikan. Berdasarkan hal ini maka manajemen berbasis sekolah bertujuan :
1. Meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif sekolah dalam mengelola dan memberdayakan sumber daya yang tersedia.
2. Meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan melalui keputusan bersama.
3. Meningkatkan tanggungjawab sekolah kepada orang tua, masyarakat dan pemerintah tentang mutu sekolah.
4. Meningkatkan kompetensi yang sehat antar sekolah tentang mutu pedidikan yang akan dicapai. (Depart. Pendidikan Nasional, 2003).
Mengacu pada tujuan manajemen berbasis sekolah maka dalam pelaksanaannya disesuaikan dengan potensi dan kebutuhan tiap-tiap sekolah. Tahap-tahap pelaksanaan manajemen berbasis sekolah sebagai berikut :
a. Sosialisasi
Maksud dari sosialisasi ini adalah sekolah harus memahami konsep tentang manajemen berbasis sekolah. Bentuk sosialisasi yang dapat digunakan antara lain dalam bentuk rapat, diskusi maupun seminar. Dalam sosialisasi tersebut hal-hal yang perlu disosialisasikan adalah :
1. Melakukan identifikasi dan mengenal sistem budaya, dan sumber daya dalam pelaksanaan manajemen berbasis sekolah.
2. Membuat komitmen secara rinci jika terjadi perubahan sistem, budaya dan sumber daya yang cukup mendasar.
3. Mengklasifikasi visi, misi dan tujuan, sasaran, rencana, dan pogram-program penyelenggaraan manajemen berbasis sekolah.
4. Mengarahkan proses perubahan agar sesuai dengan visi, misi, tujuan, sasaran, rencana dan program-program Manajemen Berbasis Sekolah.
b. Identifikasi Tantangan Sekolah
Tantangan adalah selisih antara hasil yang diperoleh sekolah saat ini dan hasil yang diharapkan dimasa yang akan datang. Umumnya tantangan sekolah adalah masalah kualitas, produktivitas, efektivitas dan efesiensi.
1. Kualitas adalah gambaran menyeluruh dari barang atau jasa yang menunjukkan kemampuan dalam memuaskan kebutuhan yang ditentukan atau tersirat. Misalnya dari segi akademik, nilai UAN dan UAS, dari segi non akademik prestasi olahraga dan seni.
2. Produktivitas adalah perbandingan antara hasil sekolah dibanding masukannya. Misalnya jumlah peserta didik yang lulus setiap tahunnya.
3. Efektivitas adalah ukuran yang menyatakan sejauhmana tujuan telah di-capai, misalnya HUN idealnya berjumlah 60 namum HUN yang diperoleh peserta didik hanya 45 maka efektivitasnya adalah 45 : 60 = 75 %
4. Efesiensi, ada 2 (dua) bagian yaitu :
(a) Efesiensi internal adalah hubungan antara produk sekolah dan masukan yang digunakan untuk menghasilkan produk tersebut.
(b) Efisiensi eksternal adalah hubungan antara biaya yang digunakan untuk menghasilakn tamatan dan keuntungan komulatif yang didapat setelah kurun waktu yang panjang diluar sekolah.
c. Merumuskan Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran Sekolah
Untuk lebih jelasnya dapat di uaraikan sebagai berikut :
1. Visi sekolah adalah gambaran masa depan yang diinginkan oleh sekolah agar sekolah yang bersangkutan dapat menjamin kelangsungan hidup dan perkembangannya. Visi sekolah harus mengacu pada kebijakan pendidikan nasional yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik yang dilayani.
2. Misi sekolah adalah tindakan untuk mewujudkan Visi. Dalam perumusannya harus mempertimbangkan tugas pokok sekolah dan aspirasi semua warga sekolah yang terkait dengan sekolah.
3. Tujuan sekolah adalah apa yang ingin dicapai dan dihasilkan oleh sekolah yang bersangkutan dan kapan tujuan itu tercapai.
4. Sasaran sekolah adalah penjabaran tujuan yaitu sesuatu yang akan dihasilkan /dicapai oleh sekolah dalam jangka waktu singkat dibandingkan dengan sekolah lain.


d. Mengidentifikasi fungsi-fungsi yang diperlukan
Mengidentifikasi fungsi-fungsi digunakan untuk mencapai sasaran dan yang masih perlu diteliti tingkat kesiapannya antara laian proses belajar mengajar, pengembangan kurikulum, perencanaan, dan evaluasi, ketenagaan, fungsi keuangan, pelayanan kesiswaan, pengembangan iklim akademi sekolah, hubungan sekolah dengan masyarakat, dan pengembangan fasilitas.
e. Melakukan Analisis SWOT
Analisis SWOT dilakukan dengan maksud untuk mengetahui tingkat kesiapan setiap fungsi dari keseluruhan fungsi sekolah yang diperlukan untuk mencapai sasaran yang telah ditetapkan. Analisis SWOT dilakukan terhadap keseluruhan faktor dalam setiap fungsi baik faktor yang internal maupun eksternal.
f. Alternatif Pemecahan Masalah
Upaya pemecahan masalah adalah, berupa tindakan untuk mengubah fungsi yang tidak siap menjadi fungsi yang siap. Tindakan tersebut merupakan upaya mengatasi kelemahan maupun ancaman, agar menjadi kekuatan atau peluang, yaitu dengan memanfaatkan faktor lain yang menjadi kekuatan atau peluang.
g. Rencana dan Program Sekolah
Setelah ditemukan dan ditetapkan alternatif pemecahan masalah. Selanjutnya sekolah bersama-sama dengan semua unsur terkait menyusun rencana jangka pendek, menengah dan panjang beserta program-program untuk merealisasikan rencana tersebut. Dalam pelaksanaan rencana ini diperlukan skala proritas untuk jangka pendek, menengah dan panjang.
h. Implementasi Rencana dan Program Sekolah
Dalam implementasi rencana dan program sekolah, kepala sekolah dan guru hendaknya mendayagunakan sumber daya pendidikan yang tersedia semaksimal mungkin, semata-mata untuk kualitas pembelajaran. Selanjutnya merupakan keharusan sesuai dengan tugas sebagai manajer dan pimpinan, kepala sekolah harus melakukan supervisi dan monitoring terhadap kegiatan-kegiatan yang dilakukan di sekolah agar tidak salah arah.
i. Evaluasi Pelaksaaan
Sekolah harus melakukan evaluasi pelaksanaan program, baik jangka pendek, menengah maupun jangka panjang. Evaluasi jangka pendek dilakukan setiap akhir semester untuk mengetahui keberhasilan program secara bertahap. Evaluasi jangka menengah dilakukan pada setiap akhir tahun untuk mengetahui seberapa jauh program sekolah telah mencapai sasaran yang ditetapkan sebelumnya. Evaluasi jangka panjang dilakukan terhadap tamatan untuk mengetahui seberapa jauh program sekolah memenuhi tuntutan pasar. Dalam evaluasi ini kepala sekolah harus mengikutsertakan setiap unsur yang terlibat dalam program, baik guru maupun masyarakat untuk menilai program apakah berhasil atau tidak.
j. Sasaran Baru
Hasil evaluasi pelaksanaan dapat digunakan sebagai alat perbaikan kinerja program yang akan datang. Hasil evaluasi merupakan masukan bagi sekolah dan orang tua peserta didik untuk merumuskan sasaran program baru untuk tahun yang akan datang.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat dikatakan bahwa pelaksanaan manajemen berbasis sekolah adalah melakukan sosialisasi, melakukan idenifikasi tantangan sekolah, merumuskan visi, misi, tujuan dan sasaran sekolah, melakukan identifikasi fungsi-fungsi yang diperlukan, melakukan analisis SWOT, pemecahan masalah, menyusun rencana program sekolah, melaksanakan rencana dan program sekolah, melakukan evaluasi pelaksanaan dan yang terakhir adalah menemukan sasaran baru pelaksanaan program.
Manajemen Berbasis Sekolah
Membicarakan tentang mutu pendidikan maka kita akan membicarakan kualitas hasil pendidikan. Menurut MZ Mandaru (2005), ada empat yang patut diperjuangkan dalam mengukur kualitas pendidikan antara lain :
a.Mampu mengembangkan sumber daya manusia yang adaptif terhadap zaman.
b.Mampu megapresiasikan dan mengamalkan segala ilmu yang pernah dipelajari.
c.Mampu membuktikan diri dalam bentuk kreativitas dan keterampilan.
d.Mampu mengaplikasikan manfaat ilmu bagi kehidupan agar bisa hidup mandiri.
Harapan yang digambarkan di atas harus diakui bahwa kualitas atau mutu yang diinginkan masih jauh dari yang diinginkan. Hal ini didasari, sebab selama ini yang menjadi ukuran kualitas sekolah adalah masih mengarah pada nilai kuantitas yang diperoleh seorang peserta didik, dan dianggap berhasil ketika sebuah sekolah mampu meluluskan semua peserta didik binaannya. Tetapi hal ini dapat dirubah apabila ada komitmen pengelola pendidikan dalam upaya peningkatan mutu pendidikan antara lain : pentingnya kepala sekolah menggunakan manajemen berbasis sekolah, hendaknya guru lebih profesional dalam melaksanakan proses pembelajaran, dan menggunakan media pembelajaran yang dapat menunjang peningkatan mutu pendidikan.
Menggunakan manajemen berbasis sekolah memberi peranan dalam meningkatkan mutu pendidikan. Pelaksanaan manajemen berbasis sekolah antara lain melakukan sosialisasi, melakukan identifikasi tantangan sekolah, merumuskan visi, misi, tujuan dan sasaran sekolah, melakukan identifikasi fungsi-fungsi yang diperlukan, melakukan analisis SWOT, pemecahan masalah, menyusun rencana program sekolah, melaksanakan rencana dan program sekolah, melakukan evaluasi pelaksanaan dan yang terakhir adalah menemukan sasaran baru pelaksanaan program.
Adapun peranan manajemen berbasis sekolah dalam peningkatan mutu pendidikan meliputi beberapa kompenen pendidikan yang dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Hasil Pedidikan dengan menggunakan manajemen berbasis sekolah
Hasil pendidikan yang diharapkan adalah prestasi sekolah yang dihasilkan oleh proses pembelajaran dan manajemen di sekolah. Pada dasarnya, hasil pendidikan dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu hasil berupa prestasi akademik dan hasil berupa prestasi non-akademik.
Dalam mencapai hasil pendidikan telah dirumuskan dalam visi dan misi sekolah, dengan terlebih dahulu mengidentifikasi tantangan yang akan dihadapi oleh sekolah, dan dari hasil analisis SWOT, dapat disusun rencana dan program kerja, dan dari hasil evaluasi dapat digambarkan misalnya bahwa hasil prestasi akademik seperti ; NEM, lomba karya ilmiah remaja, lomba kinerja siswa, lomba matematika/fisika dll. Hasil prestasi non-akademik, misalnya kesenian, olahraga, kejujuran, kerjasama yang baik, rasa kasih sayang yang tinggi terhadap sesama, solidaritas yang tinggi, toleransi, kedisiplinan, kerajinan. Memberi kemajuan pada sebuah sekolah dan secara otomatis dapat meningkatkan mutunya dibandingkan dengan sekolah lain

2. Proses pendidikan dengan menggunakan manajemen berbasis sekolah
Kepala sekolah akan mengambil keputusan dan inisiatif untuk meningkatkan mutu sekolah sesuai visi, misi, tujuan dan sasaran sekolah yang telah ditetapkan. Sekolah yang efektif biasanya memiliki proses pendidikan sebagai berikut:
a.Proses Belajar Mengajar yang efektivitas tinggi menekankan pada pemberdayaan peserta didik. PBM bukan sekedar memorisasi dan menjelaskan saja, bukan sekedar penekanan pada penguasaan pengetahuan tentang apa yang diajarkan, akan tetapi lebih menekankan pada internalisasi tentang apa yang diajarkan sehingga dapat dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari oleh peserta didik. PBM lebih menekankan pada belajar, belajar hidup bersama dan belajar menjadi diri sendiri.
b.Lingkungan sekolah yang aman, tertib dan nyaman.Sekolah yang efektif selalu menciptakan iklim sekolah yang aman, tertib, nyaman demi kelangsungan PBM yang nyaman pula.
Dalam proses pendidikan ini pada akhirnya akan memberi kelancaran guru dan peserta didik dalam mengelola belajar dan pembelajarannya, dan akhirnya akan mendukung terhadap peningkatan mutu pendidikan pada sebuah sekolah.
3. Masukan Pendidikan dengan menggunakan manajemen berbasis sekolah
Dalam manajemen berbasis sekolah, mengambil kebijakan dan sasaran progam sekolah harus disosialisasikan kepada semua warga sekolah, sehingga tertanam pemikiran, tindakan, kebiasaan, dan karaktek yang kaut oleh warga sekolah.
1. Sumber daya tersedia dan siap
Sekolah harus memiliki tingkat kesiapan sumber daya yang memadai untuk menjalankan proses pendidikan, sumber daya dapat dikelompokan menjadi dua, yakni sumber daya manusia dan sumber daya lainnya yaitu uang, peralatan, perlengkapan, bahan dan lain sebagainya.
2. Staf yang kompeten dan berdedikasi tinggi
Sekolah harus memiliki staf yang mampu ( kompeten ) dan berdedikasi tinggi terhadap sekolahnya.
3. Memiliki harapan prestasi yang tinggi
Sekolah memiliki harapan yang tinggi untuk meningkatkan prestasi peserta didik dan sekolahnya. Guru dan kepala sekolah memiliki komitmen dan harapan yang tinggi bahwa anak didiknya dapat mencapai tingkat prestasi yang maksimal. Sedangkan peserta didik juga mempunyai motivasi untuk selalu meingkatkan diri untuk berprestasi sesuai dengan bakat dan kemampuan yang dimiliki.
Memiliki sumber daya yang tinggi, mempunyai staf yang kompoten dalam megelola organisasi sekolah serta memiliki kinerja yang tinggi akan memberi kotribusi terhadap peningkatan mutu pendidikan.
Berdasarkan beberapa uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa peranan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) terhadap peningkatan mutu pendidikan adalah hasil pendidikan, proses pendidikan dan masukan pendidikan apabila berjalan dengan baik, dengan didahului tahap-tahap pelaksaaan manajemen berbasis kompetensi, dapat meningkatkan mutu pendidikan.














DAFTAR PUSTAKA

Ali Muhammad , 1983. Guru dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung : Smar Baru Algesindo
Davies.K Ivor. 1992. Pengelolaan Belajar. Jakarta : CV. Rajawali
Ahmad Rohani dan Abu Ahmadi 1995. Pengelolaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta
Degeng Sudana Nyoman dkk 1993 Terapan Teori Kognitif Dalam Disain Pembelajaran. Jakarta :DEPDIKBUD.Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi
Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah. 1996. Pengelolaan Kelas Di Sekolah Dasar. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Depdikbud. 1999. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka
Depdiknas, 2003. Manajemen Berbasis Sekolah. Jakarta : Depdiknas
Depdikbud, 2000. Manajemen Peningkatan mutu Berbasis Sekolah. Jakarta : Depdiknas Edisi ke 2
Departemen Pendidikan Nasional, 2003. Kurikulum 2004 standar kompetensi mata pelajaran Geografi.
Fattah, Nanang, 1996. Landasan Manajemen Pendidikan. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.
Hasibuan, 1991. Manajemen Sumber Daya Manusia Dasar dan Kunci Keberhasilan. Jakarta : CV. Haji Mas Agung.
Hadi Supeno 1995. Potret Guru. Jakarta Pustaka Sinar harapan
Hamzah.A. 2003. Pengajaran Bahasa Kompetensi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Mandaru. MZ, 2005. Guru Kencing berdiri Murid kencing Berlari. Yokyakarta : AR-RUS
Paul Suparno, 1997. Filasafat Konstruksivisme dalam Pendidikan, Yogyakarta : Pustaka Filsapat.
Rhenald Kasali, 2007. RE-CODE Your change DNA, Membebaskan Belenggu-Belenggu untuk Meraih Keberanian dan Keberhasilan dalam Pembaharuan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Slameto 1995. Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhi. Jakarta: Rineka Cipta
Sujamto, 1998. Beberapa Pengertia dibidang Pengawasan. Jakarta : Galia Indonesia
Sudjatmiko dan Lili Nurlaili, 2003, Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta DEPDIKNAS Direktorat Pendidikan Dasar dan Menegah
Thaha, dkk, 19999. Hubungan Tingkat Keseringan Penggunaan Media Pembelajaran dengan Peningkatan Minat Belajat Siswa. Jakarta:
Undang-undang RI No. 20 Tahun 2003, Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia
Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003. Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia.
Oemar Hamalik, 1992. Psikologi Belajar Mengajar. Bandung : Smar Baru Algesindo
Wursanto, 1992. Manajemen Personalia 2. Jakarta : Karnisius
Winarno dan Eko Djuniarto, 2003.Perencanaan Pembelajaran. Jakarta DEPDIKNAS Direktorat Pendidikan Dasar dan Menegah
Zamroni, 2003. Pedoman Umum Pengembangan Silabus Berbasisi Kompetensi. Makassar: Diperbanyak Proyek Peningkatan Mutu SMU Sulawesi Selatan
----------, 2003. Pola Induk Pengembangan Sistem Penilaian Kurikulum Berbasis Kompetensi (SMA). Makassar: Diperbanyak Proyek Peningkatan Mutu SMU Sulawesi Selatan












TENTANG PENULIS

Ibrahim lahir di Majene, Kecamatan Malunda 31 Desember 1972, menyelesaikan sarjana pendi dikan pada Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) Makasar pada tahun 1998.
Bertugas sebagai pendidikan sejak tahun 1997 sebagai guru tidak tetap beberapa sekolah di Makassar baik Negeri maupun swasta. Terangkat menjadi PNS dilingkungan Dinas P dan K Kabupaten Majene pada tahun 2003 di unit kerja SMAN I Pamboang sampai sekarang. Magister Pendidikan diperoleh di UNM pada tahun 2002 pada program studi Pendidikan Lingkungan Hidup.
Organisasi dibidang pendidikan yang ditekuni adalah MGMP Geografi Kabupaten Majene sebagai ketua sampai sekarang, organisasi sosial aktif di Pemuda Pancasila Kabupaten Majene. Aktif menulis dibeberapa media lokal, beberapa karya tulis yang telah dipublikasi: Materi Tsunami Terintegrasi pada Bidang studi Geografi, Kerusakan pesisir pantai Sulawesi Barat,